Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Journalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kisah Nyata Berhubungan dengan Dunia Mistik

28 Oktober 2021   20:59 Diperbarui: 28 Oktober 2021   21:20 1547
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi suasana mistis oleh Willgard dari pixabay.com

Sejak mengenal Mas Bambang, saya tidak takut lagi kepada hal bersifat mistis. Dengan anugerah mampu melihat "dunia lain" yang tak teraba oleh indera saya, ia menalarkan keganjilan itu.

Santri tersebut membuka pikiran. Pria berkumis yang pernah mati sehari itu, mengajak saya untuk "memerangi" keyakinan keliru sebagian orang mengenai mistik dan klenik. Sayangnya beliau telah meninggal sungguhan karena termakan usia. Al-fatihah.

Moga-moga di artikel lain saya berkesempatan menceritakan tentang beliau lebih jauh. Berikut dipaparkan pengalaman berhubungan dengan dunia mistik.

Dalam rangka pembuatan profil sebuah perusahaan sawit swasta secara visual, saya memimpin tim pengambilan gambar. Merambah ke sub-kebun yang menyebar di beberapa bagian dari provinsi Sumatera Utara.

Menariknya, seluruh anggota regu merupakan eks-tim tayangan Pemburu Hantu yang sudah dihentikan pemutarannya. Mereka pada dasarnya baik, tetapi dalam keadaan tertentu berlaku ajaib, menurut kacamata saya. Semisal melakukan ritual-ritual aneh dalam rangka mengusir hantu. Rupa-rupanya jiwa pemburu hantu masih melekat.

Nah identitas itu melahirkan kejadian-kejadian menarik selama shooting. Satu kisah mistis paling dramatis terjadi di Turangi, Langkat.

Kebun Turangi memiliki mess, berupa bangunan peninggalan Belanda yang telah direnovasi. Di belakang terletak kolam besar berlatar hutan dengan pepohonan besar. Di samping terletak hamparan rumput lebih luas dari lapangan sepakbola.

Kisah mistis pun santer terdengar. Para sopir pengantar dan penjaga setempat mewanti-wanti kami agar tidak gegabah dalam berperilaku. Angker. Konon pada zaman dulu, seorang pemuda berkebangsaan Belanda bunuh diri, tenggelam di kolam itu.

 Di sisi lain, mereka berharap tim "pemburu hantu" menunjukkan kemampuannya, seperti terlihat pada tayangan televisi.

Suatu malam kami duduk-duduk di gazebo menghadap hutan, sambil santai menyeruput kopi. Tiada penerangan, kecuali dari lampu mess. Terlalu jauh untuk membuat tempat bersantai itu terang. Gelap gulita!

Untungnya, bekal dari Mas Bambang membuat saya merasa tidak takut. Anggota tim bersemadi, mumpung suasana hening.

Dalih mereka, "mengusir hantu. Mau ikutan?"

Saya menggeleng. Terlihat satu anggota mengacung-acungkan tangan, mengarahkan jari telunjuk ke arah pepohonan.

"Ngapain dia?"

"Oh itu, biasa. Sedang memberi ceramah kepada mereka (para hantu)."

Sekian waktu kemudian, tampak seseorang berjalan di kejauhan, melintasi bagian terpanjang lapangan. Mungkin warga.

Entah apa yang salah dengan penglihatan, saya menyaksikan sosok bercahaya putih kebiruan itu berjalan cepat, bukan berlari. Tidak kelihatan kaki melangkah. Melayang, lalu menghilang ke awang-awang.

Tidak beberapa lama, sopir dan warga menghampiri, "bapak-bapak ini memang pemburu hantu jempolan. Tadi tampak cahaya biru terbang menuju angkasa. Boleh minta tolong?"

Alhasil, pukul setengah dua pagi saya dengan satu anggota melakukan ritual di bawah pohon kembar di tengah lapangan warga. Di sekitarnya berdiri rumah-rumah pegawai perkebunan. Warga minta tolong agar hantu pengganggu, yang setiap malam mengetuk-ngetuk pintu, diusir dari wilayah itu.

Hadduh. Itu pengalaman pertama dan terakhir.

Singkat cerita, saya berhasil meyakinkan mereka bahwa hantu ada dan tidak diusir. Beberapa wejangan menjadi obat penenang.

Apakah mujarab?

Saya tidak tahu kelanjutannya, mengingat esok hari adalah waktu pesawat terbang kembali ke Jakarta.

Meski ada beberapa hal tidak dikisahkan seutuhnya, pelajaran yang dapat dipetik dari pengalaman di atas, adalah:

  1. Suasana, kondisi hati dan fisik dalam keadaan tertentu menimbulkan bayangan yang diinterpretasikan sebagai hal mistis atau hantu.
  2. Latar belakang sosial budaya setempat berpengaruh kepada cara pandang tentang soal mistis. Pada beberapa daerah di Indonesia tumbuh penglihatan atas hantu berpakaian pocong, sementara di Eropa hantu berpakaian jas lengkap.
  3. Adanya bias optik dan kejadian yang dapat diterangkan dengan ilmu fisika. Misalnya, pantulan daun pisang pada malam hari seolah kuntilanak bergerak-gerak. Atau benda bergeser karena getaran dan gravitasi.
  4. Bisa jadi yang disebut mistis adalah sebuah rekaan. Pada akhirnya, editor video tayangan hantu-hantuan mengaku, bahwa bayangan/cahaya yang tampak di layar kaca adalah hasil suntingan agar terkesan dramatis. Bagaimana bisa ihwal bukan-benda direkam oleh benda?
  5. Sampai taraf penglihatan tertentu, atau disebut juga sebagai kemampuan indera keenam, tampak bayangan-bayangan tidak beraturan (scattered) sebagai perwujudan energi. Tidak menakutkan.
  6. Belum ada yang mampu membuktikan keberadaan makhluk mistis dan hantu.

Itu merupakan pemahaman saya, yang dulunya sangat takut dengan ruang gelap dan hal-hal berkaitan dengan mistik. Sejak bergaul dengan orang-orang"sakti", lenyap pula ketakutan itu.

Kita, manusia, merupakan mahkluk tertinggi derajatnya. Itu given. Tidak ada alasan untuk takut kepada sesama makhluk, termasuk yang bersifat ghaib.

Ngapain takut dengan dunia mistik atau hantu? Lha wong eksistensinya hanya berupa cerita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun