Apakah mujarab?
Saya tidak tahu kelanjutannya, mengingat esok hari adalah waktu pesawat terbang kembali ke Jakarta.
Meski ada beberapa hal tidak dikisahkan seutuhnya, pelajaran yang dapat dipetik dari pengalaman di atas, adalah:
- Suasana, kondisi hati dan fisik dalam keadaan tertentu menimbulkan bayangan yang diinterpretasikan sebagai hal mistis atau hantu.
- Latar belakang sosial budaya setempat berpengaruh kepada cara pandang tentang soal mistis. Pada beberapa daerah di Indonesia tumbuh penglihatan atas hantu berpakaian pocong, sementara di Eropa hantu berpakaian jas lengkap.
- Adanya bias optik dan kejadian yang dapat diterangkan dengan ilmu fisika. Misalnya, pantulan daun pisang pada malam hari seolah kuntilanak bergerak-gerak. Atau benda bergeser karena getaran dan gravitasi.
- Bisa jadi yang disebut mistis adalah sebuah rekaan. Pada akhirnya, editor video tayangan hantu-hantuan mengaku, bahwa bayangan/cahaya yang tampak di layar kaca adalah hasil suntingan agar terkesan dramatis. Bagaimana bisa ihwal bukan-benda direkam oleh benda?
- Sampai taraf penglihatan tertentu, atau disebut juga sebagai kemampuan indera keenam, tampak bayangan-bayangan tidak beraturan (scattered) sebagai perwujudan energi. Tidak menakutkan.
- Belum ada yang mampu membuktikan keberadaan makhluk mistis dan hantu.
Itu merupakan pemahaman saya, yang dulunya sangat takut dengan ruang gelap dan hal-hal berkaitan dengan mistik. Sejak bergaul dengan orang-orang"sakti", lenyap pula ketakutan itu.
Kita, manusia, merupakan mahkluk tertinggi derajatnya. Itu given. Tidak ada alasan untuk takut kepada sesama makhluk, termasuk yang bersifat ghaib.
Ngapain takut dengan dunia mistik atau hantu? Lha wong eksistensinya hanya berupa cerita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H