Rumah Iparnya? Tingkat dua dengan ruang tamu megah, area keluarga, satu kamar utama, dua kamar untuk dua anaknya, satu kamar tamu. Lainnya standar rumah real estate: kamar mandi atas bawah, dapur basah dapur kering, garasi muat dua mobil, carport, dan halaman luas di depan juga kecil nan asri di belakang.
Rumah Dimas? Berada di permukiman warga biasa, hunian lawas itu sudah lapuk pula di sana-sini. Tidak usah diceritakan mengenai jumlah kamar beserta fasilitas tersedia, pokoknya bersyukur bisa berlindung dari panas dan hujan bagi dirinya beserta istri dan anak. Juga sebuah tempat penyimpanan mobil, tanpa dinding dan atap.
“Raja Minyak Tak Kenal Tanggal Tua,” demikian keluarga besar istri Dimas menjulukinya. Disebut begitu, tiada satu pun terlewatkan dalam menanggung pembayaran. Iparnya dengan mudah merogoh dompet, mengulurkan tangan membayar segala tanpa pengecualian.
Iparnya menjadi penyumbang paling utama dalam acara pernikahan keponakan-keponakan serta acara ulang tahun anggota keluarga. Makan-makan di restoran semahal apa pun ia akan tanggung pembayarannya.
Bila keluarga pergi piknik ke luar kota, menyewakan kendaraan atau membayar bensin mobil-mobil rombongan. Menyelesaikan biaya tol. Menebus tiket masuk area wisata.
Tiada pernah dan tidak akan pernah datang tanggal tua. Tidak tersua tanggal tua dalam sejarah Raja Minyak.
Sementara Dimas? Istrinya berpeluh-peluh demi menghemat pengeluaran. Berkeluh-kesah tentang tanggal tua. Lantas istri Dimas menjajarkan nasib. Mempersamakan. Mengaci-acikan. Lalu membanding-bandingkan suaminya dengan suami dari adik kandungnya itu.
Diam-diam, meski tidak sepenuhnya dilakukan secara diam-diam, Dimas menguping bisik-bisik di antara anggota keluarga besar. Selentingan yang juga membanding-bandingkan gaya hidup Raja Minyak dengan cara hidup Dimas.
Beuh, lama-lama sakit kepala mikirin nyinyiran. Kalbu Dimas berontak hendak segera sampai di kantor. Pedal gas dipendam. MPV sejuta umat melaju. Lesat.
Hari itu. Pada hari Jumat itu Dimas menyibukkan diri dengan pekerjaan. Ia membaca satu demi satu kertas bersusun-susun setinggi satu meter dengan saksama. Menyimak. Meneliti. Membubuhkan tanda tangan. Mencoret-coret sebagian untuk diperbaiki lagi oleh para staf.
Seluruh isi kertas cuma berkaitan dengan pelatihan dan kegiatan orientasi bagi pegawai baru di lingkungan Pemkab Nganu. Pada kegiatan rutin Kabid PPB Dinker tiada dan tiada akan pernah datang berkas negosiasi rekanan sehubungan dengan proyek. Berbeda dengan Kabid Sarpras selaku Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Dinbas, yang senantiasa kelimpahan urusan dengan pemborong proyek.