Suara Gustavo meninggi, “iya, bukan seperti itu! Mesti dibuat lebih konkret, sebagai kendaraan Fauzi ke tingkatan lebih tinggi.”
Sekali lagi saya menarik napas, berujar dengan sabar, “baiklah. Saat ini saya memang berada di persepsi orang biasa, berkeinginan merasakan hasil nyata dari produk politik. Saya tidak mampu lagi berpikir secara elitis. Maafkan saya. Terima kasih atas perhatian selama ini.”
Saya mengucapkan salam, lalu memijit gambar telepon berwarna merah pada layar telepon genggam. Kali ini saya tidak mau meladeni Gustavo yang snob.
Capek!
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!