Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Awalnya Coba-Coba, Akhirnya Susah Berhenti Merokok

6 Oktober 2021   09:18 Diperbarui: 6 Oktober 2021   09:22 1000
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi nikmatnya rokok sambil ngopi (dokumen pribadi)

Kebiasaan merokok berawal dari coba-coba, apakah karena ingin tahu rasanya maupun ikut-ikutan teman demi gaya. Sebagian terpicu rasa gengsi agar bisa disebut jantan, sebagai pria sejati.

Apa pun alasannya, introduksi kepada rasa rokok menyebabkan kebiasaan yang sulit dihentikan. Hisapan pertama menjadi ingatan akan kenikmatan yang terus menerus bertambah. Akhirnya, kecanduan merokok.

Saya merokok untuk pertama kalinya menjelang akhir semester satu, saat kuliah. Sebelumnya saya memandang rokok sebagai hal tidak menyenangkan. Baunya taksedap.

Maka dari itu, saya senantiasa menyingkir ketika terpapar asap rokok. Atau mengibaskan telapak tangan, menepis kabut putih itu.

Kesepian! Belum banyaknya teman, hanya ditemani malam sepi di kamar kos, membuat saya berkunjung ke warung. Beli sebungkus rokok dan korek api.

Bentoel Biru. Saya ingat betul rokok pertama yang dihisap. Kertas membungkus racikan tembakau, dengan ukuran silinder lebih besar dibanding rokok merek lain.

Baunya tajam. Saya tidak suka. Rasanya pahit, membuat saya terbatuk-batuk hingga muka memerah.

Entah bagaimana ceritanya, kemudian rokok menjadi teman setia dalam setiap kesempatan. Semakin lama konsumsi rokok semakin banyak.

Berbagai merek rokok dihisap. Ada periodisasi pergantian rokok. Dari Bentoel ke Gudang Garam, Djarum, Dji Sam Soe dan produk Sampoerna Grup, juga merek nasional lainnya. Sesekali "rokok putih", seperti Kansas, Camel, Lucky Strike, Marlboro.

Bahkan suatu saat, saya merokok dari tembakau slag alias tingwe, melinting sendiri racikan tembakau dengan pahpir (kertas putih pembungkus tembakau). Tidak terlewatkan juga, merek rokok yang hanya dijual di daerah tertentu.

Saya penasaran mencari rasa "enak" dari tiap-tiap jenis rokok. Pastinya, saya sudah tidak mampu melepaskan ketergantungan dari merokok.

Informasi tentang bahaya merokok sangat banyak saya serap. Takkurang, setiap memeriksakan diri, dokter menasihati agar berhenti merokok.

Peringatan bahaya merokok pada bungkus sigaret tidak menyurutkan keinginan untuk merokok. Pun pembatasan area boleh merokok tidak membuat saya mengurangi rokok.

Selama tiga setengah dekade saya tidak pernah lepas dari rokok. Sangat susah menghentikannya. Berbagai cara berhenti merokok yang disarankan sudah pernah dijalani.

Niat berhenti hanya tahan tidak lebih dari dua pekan. Mengurangi sedikit demi sedikit, juga tidak mempan. Makan permen sebagai pengganti rokok, malah nikmat bila dibarengi dengan mengepulkan asap.

Saya baru bisa benar-benar berhenti merokok ketika:

  1. Mengendarai atau menumpang mobil ber-AC. Jeda istirahat lebih mendahulukan merokok, daripada mengisi kesempatan dengan minum dan makan.
  2. Berada di dalam rumah, terutama ketika anak-anak masih bayi/kecil.
  3. Hadir di lingkungan sekolah, rumah sakit, dan kawasan bertuliskan dilarang merokok lainnya.
  4. Menderita sakit berat atau kronis.

Pada kisaran tahun 2014, saya menderita infeksi saluran pernapasan. Dua minggu dirawat di rumah sakit. Berat badan anjlok sebanyak sepuluh kilogram.

Selama itu, tentu saja, dan beberapa pekan sesudahnya saya tidak merokok. Dengan itu saya berniat untuk berhenti merokok.

Berhasil! 

Ketika aktif lagi dalam pekerjaan konstruksi, teman-teman menyambut gembira. Diwujudkan dalam perayaan-perayaan kecil dengan menyorongkan bungkus rokok kepada saya.

"Mari kita merokok. Ayo ambil!"

Saya pun tersenyum. Menggelengkan kepala, pertanda saya berhenti menghisap racun pembuat paru saya terinfeksi.

Taklama kemudian, muncul di hadapan saya seorang kawan membawa bungkusan berisi berbagai jenis rokok. Dari mild, filter, kretek, hingga rokok putih.

Merasa tidak enak, saya membakar satu batang. Pahit pada hisapan pertama. Ganti merek lain, pahit juga. Ah, barangkali memang badan saya sudah menolak asap rokok.

Untuk terakhir kalinya, saya coba membaui rokok kretek termahal. Harum. Saya coba membakarnya. Pelan-pelan menghisapnya.

Terasa nikmat, apalagi diiringi bunyi "kretek-kretek" nan indah.

Tidak butuh waktu lama, ingatan saya tentang kenikmatan rokok telah pulih. Tidak butuh waktu lama, saya pun kembali kecanduan rokok. Tidak ada jalan kembali.

Kebiasaan, ketergantungan, kecanduan menghisap rokok lebih nikmat, bila sambil menghirup kopi hitam pekat.

Dengan itu, saya kembali terjerumus ke dalam kepulan asap putih pada setiap kesempatan yang memungkinkan, dengan keadaan lebih parah.

Ternyata penderita ketergantungan rokok yang sempat berhenti, ketika kembali menghisap asap putih itu dapat menjadi pecandu lebih berat. Itu pengalaman saya.

Pada akhir tahun 2018, saya menginap lagi di rumah sakit selama lebih dari dua minggu. Berbeda dengan sebelumnya, kali ini saya divonis menderita penyakit kronis.

Dokter menyarankan agar mengurangi garam dan makanan pemicu pengentalan darah penyebab penggumpalan darah di otak. Mau tidak mau, saya harus mengonsumsi obat pengencer darah selama masih bernapas.

Menurut hemat saya, berlebihan dalam merokok merupakan salah satu pemicu. Sekali ini, saya berniat sungguh-sungguh untuk berhenti merokok.

Bukan tomat (tobat, lalu kumat), tapi betul-betul tobat.

Selain itu, saya senantiasa memberikan saran demi kebaikan teman-teman perihal merokok:

  1. Kepada mereka yang masih mengonsumsinya agar merokok seperlunya. Jangan berlebih.
  2. Bila ingin mengakhiri kebiasaan merokok, hentikan segera dan sekaligus. Jangan bertahap atau sedikit-sedikit.
  3. Bagi mereka yang tidak merokok, jangan mencoba, bahkan sebatang sekalipun. Sekali coba-coba menghisap rokok, alamat tumbuh kecanduan yang sulit dihentikan.

Itulah pengalaman saya, sehingga menyarankan cara berhenti merokok.

Penting diingat, berhenti merokok adalah menghentikannya sekaligus. Juga jangan sekali-kali coba-coba merokok dengan alasan apa pun.

Kalau sudah kecanduan, menghentikan kebiasaan merokok adalah upaya yang sangat susah.

Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun