Saya penasaran mencari rasa "enak" dari tiap-tiap jenis rokok. Pastinya, saya sudah tidak mampu melepaskan ketergantungan dari merokok.
Informasi tentang bahaya merokok sangat banyak saya serap. Takkurang, setiap memeriksakan diri, dokter menasihati agar berhenti merokok.
Peringatan bahaya merokok pada bungkus sigaret tidak menyurutkan keinginan untuk merokok. Pun pembatasan area boleh merokok tidak membuat saya mengurangi rokok.
Selama tiga setengah dekade saya tidak pernah lepas dari rokok. Sangat susah menghentikannya. Berbagai cara berhenti merokok yang disarankan sudah pernah dijalani.
Niat berhenti hanya tahan tidak lebih dari dua pekan. Mengurangi sedikit demi sedikit, juga tidak mempan. Makan permen sebagai pengganti rokok, malah nikmat bila dibarengi dengan mengepulkan asap.
Saya baru bisa benar-benar berhenti merokok ketika:
- Mengendarai atau menumpang mobil ber-AC. Jeda istirahat lebih mendahulukan merokok, daripada mengisi kesempatan dengan minum dan makan.
- Berada di dalam rumah, terutama ketika anak-anak masih bayi/kecil.
- Hadir di lingkungan sekolah, rumah sakit, dan kawasan bertuliskan dilarang merokok lainnya.
- Menderita sakit berat atau kronis.
Pada kisaran tahun 2014, saya menderita infeksi saluran pernapasan. Dua minggu dirawat di rumah sakit. Berat badan anjlok sebanyak sepuluh kilogram.
Selama itu, tentu saja, dan beberapa pekan sesudahnya saya tidak merokok. Dengan itu saya berniat untuk berhenti merokok.
Berhasil!Â
Ketika aktif lagi dalam pekerjaan konstruksi, teman-teman menyambut gembira. Diwujudkan dalam perayaan-perayaan kecil dengan menyorongkan bungkus rokok kepada saya.
"Mari kita merokok. Ayo ambil!"