Emisi manusia (makhluk hidup) dapat diserap oleh pepohonan, laut, dan tanah melalui fotosintesis yang melepaskan Oksigen dan Karbon. Tentu saja udara segar (O2) penting bagi pernapasan makhluk hidup.Â
Begitu siklusnya.
Namun pesatnya kemajuan industri beberapa dekade terakhir, meningkatkan efek global greenhouse gas (GHG). Naiknya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer adalah penyebab utama pemanasan global. Â
"Mesin" alami penyerap karbon tidak mampu meredam tingginya emisi karbon.
Gas rumah kaca semakin tebal pada ruang atmosfer, mengakibatkan berkurangnya kemampuan bumi menyerap panas (dari matahari dan emisi), juga menghambat pelepasannya ke luar angkasa.
Dengan demikian, panas yang terperangkap akan memantul kembali ke muka bumi. (Selengkapnya dapat dibaca di sini).
Dibutuhkan tindakan tegas dan dilakukan inisiasi agar terjadi transisi perilaku manusia, menghadapi pemanasan global akibat terjadinya efek rumah kaca.
Urgensinya sangat jelas:Â
Emisi gas rumah kaca harus diturunkan pada pertengahan 2030 dan mencapai Net-Zero di sekitar pertengahan abad ini, demi mencegah dampak terburuk dari perubahan iklim.
Maka, langkah-langkah yang dilakukan dalam upaya pencapaian Net-Zero Emission, antara lain:
- Mengurangi penggunaan bahan bakar fosil pada kendaraan dan pabrik.
- Menghijaukan kembali hutan-hutan.
- Inisiatif penggunaan kendaraan bertenaga listrik.
- Menggunakan energi terbarukan (memanfaatkan kincir air, angin, panel surya, dan sebagainya).
- Menjaga kelestarian ekosistem perairan, tanah, dan pepohonan.