Kerumitan utama perkara pengelolaan sampah, berkaitan dengan perilaku warga masyarakat yang membuang sampah sembarangan dan juga memilahnya secara terorganisasi.
Maka, gelas plastik bekas minuman, bungkus biskuit, kantong kresek tergeletak begitu saja di jalanan dan selokan.
Kalaupun dibuang ke dalam bak sampah, bungkusan berisi benda-benda buangan itu belum dipilah. Materi organik dan anorganik bercampur menjadi satu.
Suatu ketika saya terlibat di kegiatan pengolahan sampah rumah tangga dalam sebuah kompleks permukiman. Proyek sederhana tersebut meliputi:
- Pengadaan mesin pencacah partikel organik.
- Pembuatan bangunan untuk pembuatan kompos.
- Memberikan edukasi tentang pemilahan limbah dapur kepada warga.
Urusan nomor satu dan dua dapat dikelola dengan mudah dan cepat.Â
Ihwal ketiga, yakni pengarahan kepada para warga untuk memisahkan sampah, antara organik dan anorganik. Kendati pemberadaban tersebut dilakukan dengan komunikasi intens, melalui rapat-rapat RT, RW, dan sosialisasi door to door.
Hasilnya? Sebagian taat asas mengikuti, sedangkan sebagian besar mengabaikan imbauan itu. Isi kantong sampah masih bercampur aduk.
Untung tidak butuh waktu terlalu lama untuk mengedukasi warga agar memilah sampah. Pemisahan yang akan memudahkan dalam proses pembuatan kompos.
Seingat saya, perlu waktu nyaris setahun untuk membuat mereka menyadari tujuan tersebut. Bagusnya, rata-rata warga perumahan tersebut keluarga muda dan cukup berpendidikan.