Betapa girangnya sang wanita ketika melihat motor yang masih kinclong bersuara lembut, tidak akan menjengkelkan keluarga, tetangga, dan warga kota. Tidak akan ada lagi.
Persoalan itu teredam. Paling penting di antara soal penting adalah, ia bisa bercakap-cakap mesra penuh kelembutan kepada kekasihnya, tanpa mengorbankan pita suara.
Sang wanita semakin cinta kepada sang pria yang memberi perhatian-perhatian tulus. Karena itu pulalah, ia bersuka cita manakala sang pria merendahkan badannya, dengan meletakkan satu lutut pada tanah dan menekuk lutut lain, menyerahkan kotak terbuka berisi cincin indah.
"Bersediakah engkau, My Love?"
"I do! I do banget!" Sang wanita menghambur, memeluk erat sang pria yang kemudian mengangkatnya, lalu memutar-mutarkan tubuh mungil itu.
Tahun-tahun berikutnya dipenuhi oleh kebahagiaan. Bertambah-tambah dengan lahirnya momongan.
Sepeda motor berknalpot telo teronggok. Berdebu di balik pintu gudang. Kelopak lampu kuyu dalam balutan tubuh layu. Motor matik membusungkan dada, berlenggak lenggok kemayu menggendong tiga manusia ke segala arah.
***
Seusai memenuhi kewajiban pembayaran cicilan terakhir, sang pria mengurus dokumen kepemilikan. Ia segera melaju, bersiul-siul mengendarai motor bersuara lembut, menuju pusat perdagangan di tengah kota.
Ia merencanakan sesuatu.
Sang pria menjual motor matik demi menghidupkan kembali sepeda motor berknalpot telo.