Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Journalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Pentingnya Menghitung Bahan Bangunan Sebelum Renovasi Rumah

16 Agustus 2021   07:59 Diperbarui: 16 Agustus 2021   17:15 1379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebagian koefisien kebutuhan bahan berdasarkan Permen no28/PRT/M/2016  (dokumen pribadi)

Pertama kali memperoleh proyek, saya mengalami kelebihan bata merah sebanyak kurang lebih 4.000 buah. 

Kok bisa begitu?

Dalam pekerjaan pembangunan pagar keliling setinggi 3 meter untuk lahan seluas 1.000 meter persegi, tidak dihitung luas kolom (tiang beton bertulang) yang berjumlah banyak. Juga tidak terhitung luas sloof, balok-balok penghubung kolom.

Lagi pula saat itu saya belum tahu persis cara menghitung kebutuhan bata merah dan pentingnya mengetahui kebutuhan bahan bangunan secara akurat.

Dengan pengalaman itu, saya belajar mengenai seluk beluk perhitungan bangunan dalam perjalanan menekuni dunia konstruksi, melalui:

  1. Membaca gambar detail yang menunjukkan dimensi dan ukuran-ukuran bangunan.
  2. Interpretasi gambar untuk menghitung kebutuhan bahan. Misalnya, luas dinding bata merah dikurangi bagian-bagian yang tidak ditutup bata, seperti: struktur beton bertulang (kolom, sloof, balok) dan opening (pintu, jendela, kisi angin).
  3. Analisa Satuan Harga Pekerjaan (AHSP) sebagai patokan resmi yang mengindikasikan kebutuhan langsung (tenaga kerja, penggunaan alat, dan bahan), serta komponen tidak langsung yang berpengaruh (biaya umum dan keuntungan).

Memahami AHSP bagi mereka yang tidak berlatarbelakang ilmu sipil merupakan proses belajar memerlukan waktu dan pengalaman panjang.

Dalam beberapa proyek berikutnya, berdasarkan pengetahuan penghitungan tersebut, saya terhindar dari kelebihan bahan bangunan secara ekstrem. Kalaupun ada kelebihan, masih dalam batas wajar.

Pas banget juga tidak mungkin, karena pembelian bahan bersifat glondongan atau sekaligus.

Sementara bahan bangunan itu sendiri terbagi menjadi dua golongan besar, yaitu:

  1. Bahan yang bersumber dari quary, seperti: batu, pasir, tanah, dan sebagainya);
  2. Bahan pabrikan, seperti: besi, bata merah, semen, aspal, dan sebagainya.

Bagusnya, saat ini sebagian besar bahan sudah tersedia di pedagang perantara, semisal toko bahan bangunan. Jadi gampang didapat.

Pengetahuan perhitungan bahan saya gunakan saat merenovasi rumah, yang sedang berlangsung saat ini. Pekerjaan tersebut meliputi: penggantian talang, penambahan dinding penutup, dan cat ulang sebagian.

Sebagai patokan, saya menggunakan Lampiran Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tentang Analisis Harga Satuan Bidang Pekerjaan Umum. Di dalamnya terdapat AHSP yang dilengkapi dengan koefisien upah dan bahan.

Sebagian koefisien kebutuhan bahan berdasarkan Permen no28/PRT/M/2016  (dokumen pribadi)
Sebagian koefisien kebutuhan bahan berdasarkan Permen no28/PRT/M/2016  (dokumen pribadi)

Saya hanya menghitung bahan saja, karena ongkos tukang diborongkan.

Baca juga: Cara Mudah Menyusun Guideline Biaya Renovasi Rumah

Asumsi dasar pekerjaan renovasi rumah meliputi dimensi-dimensi, sebagai berikut:

  1. Penggantian talang, dengan salah satu item dikerjakan adalah memasang plafon gypsum seluas 30 M2.
  2. Penambahan dinding bata merah seluas 10 M2, tanpa opening juga struktur beton, dengan finishing cat.
  3. Pengecatan ulang bidang tembok lama sekitar 75 M2.

Dengan menghitung dimensi dan dengan menggunakan tabel koefisien AHSP di atas, maka diperoleh perkiraan kebutuhan bahan sebagai berikut:

  1. Bata merah ukuran 5x11x22 cm sebanyak 700 buah.
  2. Semen Portland sebanyak 265,48 kg, dibulatkan menjadi 280 kg atau 7 zak ukuran 40 kg.
  3. Pasir pasang sebanyak 1 meter kubik.
  4. Gypsum board ukuran 120x240 cm tebal 9 mm sebanyak 10,92 lembar, dibulatkan menjadi 11 lembar.
  5. Paku sekrup sebanyak 3,5 kg .
  6. Plamuur sebanyak 5 kg.
  7. Cat dasar sebanyak 15 kg.
  8. Cap penutup sebanyak 26,5 kg, dibulatkan menjadi 27 kg.

Menghitungnya dengan cara mengalikan koefisien kebutuhan bahan dengan dimensi. Misalnya, jika koefisien bata merah untuk 1 M2 adalah 70 buah dan dimensi tembok baru adalah 10 M2, maka jumlah kebutuhan bata merah adalah 700 buah.

Perhitungan tersebut digambarkan dalam matrikulasi kebutuhan bahan, di bawah ini.

Matrikulasi kebutuhan bahan (dokumen pribadi)
Matrikulasi kebutuhan bahan (dokumen pribadi)

Dengan menggunakan perhitungan di atas, diharapkan tidak terjadi kelebihan bahan bangunan secara ekstrem. Jadi alangkah baiknya, jika kita menghitung terlebih dahulu bahan bangunan dibutuhkan, sebelum merenovasi atau membangun rumah.

Selanjutnya, perhitungan dan AHSP dapat dilihat di Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor: 28/PRT/M/2016 Tentang Analisis Harga Satuan Bidang Pekerjaan Umum.

Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun