Selama itu saya harus berkonsentrasi penuh, di mana hal itu menimbulkan beberapa kelemahan rangkap tugas, antara lain:
- Teman, atau pengusaha itu, merasa nyaman dengan keberadaan saya yang menguasai hampir semua bidang, sehingga ia cenderung memberikan banyak tugas.
- Pengusaha enggan merekrut tenaga tambahan.
- Kurang istirahat, karena perhatian tidak hanya pada siang hari, tetapi di malam hari ketika pertemuan atau diskusi di sekitar manajemen proyek.
- Pekerjaan atau kepentingan sendiri terbengkalai.
Di balik itu, saya bukan tipe pegawai bersifat job order, yaitu orang yang berpikir linier sebatas job description. Dari semenjak dulu saya sudah melakukannya, dengan keunggulan rangkap tugas, sebagai berikut:
- Belajar untuk mampu menangani tugas-tugas di bidang lain.
- Memperoleh kepercayaan lebih luas dari direksi atau pemilik perusahaan.
- Meningkatkan intensitas interaksi dengan bagian lain.
- Percepatan proses kenaikan karier lebih pesat.
- Proses peningkatan pendapatan lebih cepat.
- Menjadi generalis, yaitu mengetahui dan mampu menjalankan berbagai fungsi. Bidang tersebut bisa didalami lebih lanjut. Saya akhirnya menekuni salah satu bidang sampai bersertifikat, yakni K3.
Jadi, menjalankan fungsi rangkap tugas di dunia kerja tidak melulu dipandang sebagai sesuatu yang merugikan, tetapi ia memberikan kesempatan untuk belajar menjadi generalis. Yakni pegawai yang siap menerima pekerjaan-pekerjaan di luar job description. Bukan lagi tipikal karyawan job order.
Generalis memang merujuk kepada orang yang mengerti banyak hal tanpa kedalaman (in-depth), tetapi itu tidak menghalanginya untuk menggali lebih dalam atas suatu pengetahuan tertentu.
Baca juga:Â Bukan Job Order, tapi Kerendahan Hati yang Bisa Melambungkan Karier
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H