Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Journalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Melawan Senioritas, Menumbangkan Status Quo

4 Agustus 2021   09:57 Diperbarui: 8 Agustus 2021   08:39 1008
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maka perusahaan dikelola oleh lima manajer (Chef, Operasional, HRD, Marketing, dan Keuangan) membawahi bidang-bidang ter-spesialisasi, bertanggung jawab kepada Direksi dan berkedudukan setara. Begitu seharusnya.

Kenyataannya, manajer Operasional dan Chef demikian berkuasa. Nyaris semua kebijakan pengelolaan perusahaan bertumpu kepada titah mereka. Ingatan tentang keberhasilan usaha tercermin di dalam narasi mereka. Adaptasi yang menghendaki perubahan-perubahan senantiasa disangkal. Mereka cenderung mempertahankan kondisi status quo.

Lingkungan kerja yang semestinya terjalin koordinasi, secara de facto menunjukkan hierarki kerja sub-ordinasi. Dua manajer senior seolah membawahi tiga manajer lainnya.

Pak H dan Pak B memang manajer senior, menempati posisinya pada kesempatan paling pertama. Mereka turut dalam pendirian Kafe. Pengalaman dan pengetahuan di bidang kuliner sudah matang di perusahaan Food & Beverage (F&B) terkemuka sebelumnya.

Artinya, menurut ukuran lamanya waktu pengabdian di perusahaan, ditambah pengalaman dan pengetahuan di bidang kuliner mereka layak dianggap senior.

Senioritas yang menguntungkan bagi perusahaan dengan (awalnya) mengoptimalkan dedikasi, pengalaman, dan pengetahuan tersebut.

Di balik itu, perkembangan pasar yang demikian pesat penuh persaingan membutuhkan sikap adaptif. Perusahaan seyogianya tidak mempertahankan cara-cara lama, tetapi melahirkan invensi baru menghadapi situasi baru. Saya kira, adaptasi itu dilakukan terus menerus secara ajek, agar perusahaan mampu berkembang.

Dalam hal itu, senioritas cenderung menghambat perubahan-perubahan. Ia lebih suka memperagakan status quo. Melembagakan posisi mereka menjadi kekuasaan tidak terbantahkan. Kabut otoriter masih melayang, menghantui para pegawai perusahaan.

Namun saya mengabaikan kendala dari senioritas, lebih fokus kepada cara-cara baru untuk menjaga likuiditas, pengelolaan lebih pruden, dan menyiasati penjualan yang terus menerus turun.

Banyak perubahan dilakukan. Pada waktunya ia menggerogoti kondisi otoriter --juga status quo-- dari dua senior tersebut. Perubahan yang sesungguhnya ditentang keras oleh para senior.

Kisah selengkapnya dapat dibaca di: Jangan Kalah Gertak, Jika Berada di Lingkungan Kerja Toksik

Demi membangun suasana perusahaan ke arah manajemen lebih maju, saya (didukung oleh sebagian besar karyawan) melawan senioritas yang tidak kondusif bagi perkembangan perusahaan. Teamwork itulah yang akhirnya menumbangkan kondisi status quo, sebelum terlanjur mengakar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun