Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Penampung Sederhana Ketika Krisis Pasokan Air

21 Juli 2021   08:55 Diperbarui: 22 Juli 2021   02:18 973
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari Minggu (18/7/2021) malam keran berhenti mengucurkan air bersih. Ia baru berfungsi lagi pada waktu Idul Adha, Selasa (20/7/2021) tengah hari. Selama nyaris dua hari itu, 35.000 pelanggan di 44 wilayah Kota Bogor menderita krisis pasokan air.

Kompas.com menyebutkan, insiden itu ditimbulkan oleh patahnya pipa transmisi, di jalur intake Ciherang Pondok-Instalasi Pengolahan Air (IPA) Dekeng milik PDAM Kota Bogor, akibat tertimbun material proyek pekerjaan rel jalur ganda (double track) Bogor-Sukabumi.

Peristiwa itu telah menimbulkan kerugian berupa rusaknya pipa besar, terhentinya produksi air bersih, dan kerugian materi maupun immaterial yang dialami oleh ribuan pelanggan. Meski menimbulkan kerugian harta benda, tidak terinformasi mengenai adanya korban jiwa. 

Artinya, kejadian itu bukan insiden seperti yang diberitakan, tetapi sudah merupakan accident atau kecelakaan kerja.

Perbedaan tersebut dapat dibaca di: Crane Terguling di Bogor: Beda Accident, Incident, dan Near Miss

Menurut kacamata manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) konstruksi, kecelakaan tertimbunnya pipa milik PDAM semata-mata merupakan kecerobohan kontraktor pelaksana proyek double track pada seksi tersebut. Kontraktor tentunya memiliki organisasi berisi Ahli dan Petugas K3 bersertifikat.

Mereka seharusnya mampu mengantisipasi kondisi bahaya dan situasi rawan yang akan menimbulkan kecelakaan kerja. Target utamanya adalah zero accident alias nihil kecelakaan.

Namun apa yang terjadi? Ah, sudahlah. Bukan itu yang akan diulas.

Pada saat pasokan dari PDAM padam, ancaman kekurangan persediaan air membayang. Bak mandi cuma terisi kurang dari sepertiga. Tiada toren/tandon air. Tiada sumur air tanah. 

Untuk kebutuhan masak, masih bisa menggunakan air mineral yang mendadak laris pada dua hari itu. Untuk mandi, masih bisa ngirit-ngirit. Kalau perlu mandi dengan cara fotocopy alias ngelap badan, terutama muka.

Persoalannya, bagaimana setelah BAB dan BAK? Krisis pasokan membuat kita eman menggunakan air bersih untuk menyiram kakus (WC).

Bagusnya, di halaman rumah terdapat beberapa penampung penuh berisi air hujan. Biasanya digunakan untuk menyiram tanaman. Air yang kemudian dimanfaatkan untuk menyiram partikel sisa pencernaan.

Berdasarkan pengalaman dan peristiwa di atas, penampung air hujan menjadi sangat penting peranannya. Lantas bagaimana mengadakan penampung tersebut?

Saya memanfaatkan tong/gentong plastik berukuran besar bekas perlengkapan proyek dan drum bekas aspal sebagai penampung air hujan. Diketahui, tong dan drum bekas tersedia di sekitar kita atau bisa juga melongok ke marketplace.

Letakkan penampung di bawah talang pengumpul air hujan. Jika tidak ada, bisa dirancang dan dibuat sedemikian rupa agar air dari talang mengarah ke tong.

Tempatkan tong di dekat saluran air kotor, sehingga limpasan air langsung mengalir ke pembuangan ketika ia penuh.

Tutup bagian mulutnya dengan kawat kasa berpori rapat, agar larva nyamuk tidak sempat menghuni di dalamnya. Atau rutin ditaburi bubuk Abate (larvasida) untuk mematikan jentik-jentik.

Tong plastik cenderung lebih awet dibanding drum besi yang mudah bocor karena berkarat.

Tong plastik bekas sebagai penampung air hujan (dokumen pribadi)
Tong plastik bekas sebagai penampung air hujan (dokumen pribadi)

Penampung air hujan siap dimanfaatkan. Setelah terisi dapat digunakan untuk menyiram tanaman dan menggelontorkan sisa pencernaan di kakus.

Jadi, penampung air hujan terbuat dari tong/drum bekas dapat menjadi solusi ketika kita mengalami krisis pasokan air. Dengan itu pula, timbul kesadaran tentang pentingnya perilaku untuk tidak menyia-nyiakan air.

Memanfaatkan air curahan hujan merupakan pengejawantahan dari rasa syukur atas kelimpahan dari langit. Juga hemat air bumi dengan cara sederhana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun