Bagusnya, di halaman rumah terdapat beberapa penampung penuh berisi air hujan. Biasanya digunakan untuk menyiram tanaman. Air yang kemudian dimanfaatkan untuk menyiram partikel sisa pencernaan.
Berdasarkan pengalaman dan peristiwa di atas, penampung air hujan menjadi sangat penting peranannya. Lantas bagaimana mengadakan penampung tersebut?
Saya memanfaatkan tong/gentong plastik berukuran besar bekas perlengkapan proyek dan drum bekas aspal sebagai penampung air hujan. Diketahui, tong dan drum bekas tersedia di sekitar kita atau bisa juga melongok ke marketplace.
Letakkan penampung di bawah talang pengumpul air hujan. Jika tidak ada, bisa dirancang dan dibuat sedemikian rupa agar air dari talang mengarah ke tong.
Tempatkan tong di dekat saluran air kotor, sehingga limpasan air langsung mengalir ke pembuangan ketika ia penuh.
Tutup bagian mulutnya dengan kawat kasa berpori rapat, agar larva nyamuk tidak sempat menghuni di dalamnya. Atau rutin ditaburi bubuk Abate (larvasida) untuk mematikan jentik-jentik.
Tong plastik cenderung lebih awet dibanding drum besi yang mudah bocor karena berkarat.
Penampung air hujan siap dimanfaatkan. Setelah terisi dapat digunakan untuk menyiram tanaman dan menggelontorkan sisa pencernaan di kakus.
Jadi, penampung air hujan terbuat dari tong/drum bekas dapat menjadi solusi ketika kita mengalami krisis pasokan air. Dengan itu pula, timbul kesadaran tentang pentingnya perilaku untuk tidak menyia-nyiakan air.
Memanfaatkan air curahan hujan merupakan pengejawantahan dari rasa syukur atas kelimpahan dari langit. Juga hemat air bumi dengan cara sederhana.