Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Journalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Gadis Penunggang Kuda di Pantai Kuta

17 Juli 2021   11:55 Diperbarui: 17 Juli 2021   14:52 578
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gadis menungang kuda di pantai oleh Natalia_Kollegova dari pixabay.com

Rata-rata, pengunjung berusia matang, bila tidak ingin disebut tua. Umumnya rombongan wisatawan itu datang dengan bis mewah. Menuntaskan rasa lapar dalam waktu sebentar.

Berbeda dengan grup orang Jepang yang ritual makannya panjang. Hidangan disajikan bertahap dan beragam. Sebuah rombongan, yang kemudian menjadi tamu tetap, menghabiskan waktu dari Isya sampai pukul sebelas malam.

Setiap malam.

Pada siang hari mereka serius bekerja. Malam merupakan waktu bersantai bersama. Pemahaman itu didapat Rudolfo setelah bergabung dengan mereka. Segera mereka menjadi akrab, meski Rudolfo masih tergagap berbahasa Jepang. 

Gadis-gadis itu bukan turis biasa. Warga negara Jepang yang masing-masing memiliki suami pemuda lokal. Kecuali satu orang yang menarik perhatian Rudolfo.

Ia teringat kepada sesuatu. Gadis yang tidak hanya berkulit kuning, tapi putih susu seolah tembus pandang bak pualam baru dipoles. Kulit wajahnya lembut, memancarkan cahaya ayu nan anggun.

Dialah gadis penunggang kuda di pantai Kuta. Gadis Jepang yang anggun itu kini berada di hadapannya.

Rudolfo mencuri pandang. Hal itu kerap dilakukannya. Gadis Jepang anggun tersipu. Di dalam hati tumbuh taman rindu berwarna biru.

Perkembangan rasa dengan mudah diterka para sahabat. Mereka berbisik-bisik. Wajah gadis anggun merona. Menunduk.

Salah seorang tersenyum manis kepada Rudolfo, "Mitsuko, gadis ini, menyukai penampilanmu."

"Oh ya, terima kasih banyak. Aku juga menyukainya." sahut Rudolfo tanpa menyembunyikan kegembiraannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun