Malam. Geram. Denging di sekitar kuping demikian menjengkelkan. Dikeplak, tangan menggampar pipi. Lalat kecil mengelak. Terbang bebas.
Lalat kecil?
Orang Spanyol dan Portugis menyebut nyamuk sebagai "lalat kecil" atau dalam bahasa mereka: mosquito. Kata ini kemudian diserap ke dalam bahasa Inggris.
Secara spesifik, serangga itu tergolong ordo Diptera (lalat), famili Culicidae, dan meliputi 2.700 spesies. Salah satu jenis ngetop adalah Aedes aegypti yang bertanggungjawab sebagai penyebab penyakit demam berdarah.
Nyamuk berkembang pesat di kawasan berhawa panas juga lembap. Maka Bogor merupakan daerah favorit hewan terbang tersebut. Ia juga bermukim di sekitar kerimbunan pohon.
Jadi, bila mendekati semak-semak di kota Bogor, siap-siaplah menghalau nyamuk-nyamuk nakal. Malam hari pun masih berperang mengusir denging nyamuk.
Untuk mengatasi serangan lalat kecil itu, dilakukan beberapa tindakan pencegahan.
Mengurangi Tempat Berkembang-biaknya
- Rutin membersihkan rumah
- Menutup atau mengeringkan tempat-tempat tergenang, semisal: tumpukan ban bekas, kaleng tidak terpakai, pot, selokan mampat, dan semua area air tidak mengalir.
- Menyimpan, menyingkirkan, dan merapikan tumpukan barang-barang atau baju-baju menggantung.
- Menaburkan bubuk Abate atau larvasida pada air menggenang untuk mengendalikan larva nyamuk.
Membatasi Paparan Gigitan
- Penyemprotan dengan cairan insektisida, baik di dalam ruangan maupun di luar rumah.
- Menggunakan kepingan elektrik anti nyamuk.
- Menggunakan bahan anti nyamuk bakar.
- Menggunakan lotion anti gigitan nyamuk.
- Menggunakan pakaian tertutup (contohnya, baju dan celana panjang).
- Menggunakan kasa nyamuk di opening rumah (lubang ventilasi, jendela, pintu).
Menjelang tidur kita kerap mengaplikasikan bahan penangkal gigitan nyamuk pada ruangan.
Namun penggunaan bahan anti nyamuk kimiawi dalam jangka panjang akan menimbulkan iritasi, gangguan pernapasan, gangguan saraf, hingga menyebabkan kanker. (Selengkapnya dapat dibaca di sini).