Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Journalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mitos Burung Kedasih

27 Juni 2021   06:00 Diperbarui: 27 Juni 2021   06:47 1026
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Sayang, kita tidak mengenalnya. Kita doakan saja."

"Tapi ...."

Sesungguhnya, malaikat maut menjemput ruh manusia dalam waktu-waktu yang kita tidak pernah tahu. Sebagai batas hidup yang telah ditetapkan, kematian merupakan hal lumrah.

Setiap saat ada saja insan manusia menemui ajal. Pertanda ketiadaan, suara nyanyian kedasih pada malam hari merupakan rutinitas alami burung.

Natural. Aku sama sekali tidak percaya takhayul yang menghubungkan suara burung kedasih dengan kematian manusia.

Bunga-bunga kamboja, lolong anjing di malam hari, dan nyanyian burung kedasih adalah mitos.

Aku percaya, penjelasan tersebut tidak mudah masuk ke dalam nalarmu. Tapi setidaknya untuk jangka waktu sekian lama, kamu berusaha mengurangi ketakutan terhadap pohon kamboja, lolong anjing, dan nyanyian burung kedasih. Aku pun selalu ada menemanimu, manakala engkau merasa takut, atau ketika merajuk.

Sekarang engkau jauh lebih tenang. Ketakutan-ketakutan yang meliputi telah menghilang. Terbang bersama angan.

Menghela napas, aku menengadah. Awan kelabu berarak-arakan, mengiringi langit merah hendak bersua bintang-bintang dan rembulan dalam kelam.

Angin dingin bertiup. Mendung menitikkan air. Gigil bibir getarkan perih, "sayang, aku harus pulang."

Telingaku berdiri, menangkap suara-suara berarak-arakan menggurat ingatan. Membawa kematian. Bunga-bunga kamboja berwarna putih berguguran pada tanah merah basah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun