Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Journalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mitos Burung Kedasih

27 Juni 2021   06:00 Diperbarui: 27 Juni 2021   06:47 1026
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi burung oleh DesignerTalk dari pixabay.com

Lingkungan kecilmu telah membentuk kepercayaan terhadap takhayul. Sedangkan aku dibesarkan dalam keluarga yang meyakini rasionalitas, semua hal dapat dijelaskan dengan akal.

Namun aku tidak akan memaksamu untuk mengikuti cara berpikir logis. Saat ini aku berkompromi dengan nalar irasional yang engkau percayai. Satu-satunya alasan adalah: aku tidak ingin kehilanganmu.

Sampai detik ini kita --aku bersama kamu-- sedang berjuang, mengayuh biduk ringkih melalui gelombang kehidupan dalam satu pikiran. Bahagia merupakan pencapaian.

Pada sebuah malam paling membara, tiba-tiba engkau medekap kuat. Debar-debar pada dadamu menyatukan peluh kita.

 "Aku takut ...."

Dengan lembut aku mengecup dahi, membelai rambut halus, dan menghangatkan gigil tubuhmu.

"Aku takut. Aku mendengar suara burung kedasih. Kamu?"

Ya, aku tahu. Burung emprit itu dipercaya sebagai burung pembawa maut. Kicau monoton burung bermata merah dianggap pertanda datangnya kematian orang dekat kita.

Aku mengusap rambut dan memeluk tubuh membawakan tenang kepada gelisahmu. Jauh setelah malam, barulah terasa napas teratur mendengkur seperti kucing.

Keesokan hari dan hari-hari berikutnya tidak ada kerabat yang mangkat. Hanya ada pengumuman melalui pengeras suara di masjid kejauhan, memberitakan kematian seseorang yang tidak kita kenal.

"Nah kan, bener," tuturmu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun