"Nih, dua puluh ribu. Tongkol iris!"
Cekatan, penjual membungkus dua puluh potongan tongkol iris dengan daun, lalu memasukkan ke dalam kantong plastik transparan.
Sambil menyerahkan keresek, sang penjual tersenyum genit, "digoreng atau dimasak saus cabai?"
"Enggak. Untuk makanan kucing."
Nyonya berwajah beku melengos, melangkahkan kaki menuju halaman parkir kantor bank sedang tutup. Setelah menghempaskan pintu, Nyonya memundurkan kendaraannya.
Mobil sejuta umat itu mengaum, mendecit, mencelat lalu melesat cepat menyisakan debu.
Seorang wanita kuyu berpakaian lusuh bangkit. Berjalan menghampiri penjual ikan pindang.
"Tolong remahan dibungkus. Dua ribu," tangan kurus mengangsurkan sekumpulan uang logam.
Penjual memasukkan dua raup remahan ikan pindang ke dalam keresek, "untuk makanan kucing ya?"
Sejenak wanita itu berusaha menaikkan ujung bibir, kemudian melangkahkan kaki menuju halaman parkir. Mengambil sebuah karung berisi wadah-wadah plastik bekas air mineral.
Sebelum matahari beringsut meninggalkan pagi, penjual berkemas-kemas membebaskan trotoar di depan toko dari lapak ikan pindang. Sedangkan wanita pembawa karung terseok-seok berjalan pulang menyisakan bisu.