Bukan berarti istri sebelah rumah lebih bersinar lho! Tapi saya sibuk melihat teman-teman dengan sinar keberhasilannya, tanpa memahami latar belakang pencapaian dan beban dihadapi.
Kecuali anak-anak Cendana, keberhasilan seseorang bukan didapat secara mendadak. Pastilah keberhasilan itu diraih dengan perjuangan yang jauh lebih keras daripada saya, dan di dalam lingkungan yang jauh lebih demanding pula. Saya tidak pernah akan tahu penderitaan yang dibayarkan untuk keberhasilan itu.
Semakin tinggi puncak keberhasilan diraih, semakin tinggi pula beban yang ditanggung. Apakah itu beban rumah tangga maupun beban sosial.
Buktinya, menteri yang sudah berpenghasilan besar dengan segala fasilitasnya, masih nyolong duit rakyat. Berarti maling itu tidak kuat menanggung beban.
Sederhananya, pekerjaan apa pun, pada posisi apa pun, apabila dilakukan dengan sepenuh hati, ikhlas, dan tulus akan jauh lebih baik.
Dibanding mereka yang tidak bersyukur lalu bermimpi meraih ukuran keberhasilan menurut forbes-forbesan. Kemudian berlaku ogah-ogahan, atau bahkan menelantarkan pekerjaan saat ini.
Maka hasil pekerjaan menjadi tidak maksimal. Tidak mencapai target. Padahal, itulah target sesungguhnya: bekerja sebaik-baiknya dalam bidang pekerjaannya.
Singkatnya, kalau menjadi penyapu jalan, jadilah petugas penyapu terbaik, paling bersih, dan paling rapi yang mampu menyenangkan orang lain.
Itulah yang disebut target. Jadi tidak perlu overthinking akibat melamunkan target ala forbes-forbesan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H