Belum lama, Pak Tjiptadinata Effendi menyampaikan informasi berharga tentang kegunaan kulit kayu manis untuk melawan penyakit kepikunan. (Selengkapnya bisa dibaca di sini).
Rupa-rupanya hasil bumi, selain untuk rempah, juga bermanfaat sebagai obat.
Berbagai jenis tanaman rempah dan obat tumbuh pada sebuah kebun wisata di Bogor. Tempat rindang tersebut dibuka untuk umum tanpa perlu membayar tiket masuk.
Memang kurang hits untuk selfi, karena tidak ada spot kekorea-korean dan kebule-bulean.
Akan tetapi bagi pecinta tanaman dan mereka yang haus pengetahuan, maka lokasi tersebut merupakan oasis. Terdapat banyak jenis tanaman.
Penjaga kebun bertubuh subur meyakinkan saya bahwa di dalamnya telah ditanam sekitar 600 jenis tanaman rempah dan obat, sedangkan informasi resmi menyatakan ada 250 tumbuhan.
Terlepas dari perbedaan keterangan tersebut, ternyata kebun itu menyimpan kekayaan tumbuhan berkhasiat yang merepresentasikan kekayaan hayati Indonesia.
Karena artikel akan terlalu panjang jika masing-masing tanaman diterangkan, maka hanya sebagian kecil saja yang akan ditampilkan kepada dewan pembaca. Barangkali di antaranya, ada pemerhati yang berkenan menggali kekayaan tersebut, sebagai berikut:
- Nilam (pogestemon cablin), kegunaannya sebagai antiseptik, wasir, sakit kepala.
- Sembukan/Kahitun (paedaria poetida), berguna untuk mengeluarkan angin, obat nyeri lambung.
- Kembang Coklat (zephyrantes candida) sebagai obat liver, ayan, kejang.
- Ki Urat (plantago major) bisa meluruhkan air kencing, batu ginjal, tonik.
- Tahi Kotok (tagetas erecta l.), mengatasi sakit gigi, radang mata, radang tenggorokan.
- Sambang Darah (excoecoria cochichinea) meredakan haid tidak teratur, perdarahan, muntah darah.
- Som Jaya (talimun recemosum) bermanfaat untuk mengobati ....... (agar artikel gak terblokir otomatis, isi sendiri titik-titik itu).
- Terong KB, Kecubung, dan banyak sekali tanaman yang tidak sempat dicatat. Saking banyaknya.
Akan lebih bagus jika kekayaan hayati tersebut tidak hanya dipelihara, tetapi dimunculkan potensinya sebagai alternatif asupan kesehatan dan penyembuhan. Sebagaimana telah dilakukan oleh nenek moyang kita dan juga pabrik jamu berteknologi modern.
Harapan besarnya, negeri yang kaya dengan aneka sumber hayati ini mampu menghasilkan produk kesehatan yang memiliki keunggulan komparatif dalam perdagangan internasional.
Memang ada Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Kementerian Pertanian, tetapi lembaga itu hanya menghasilkan prosiding, jurnal, dan kertas ilmiah lainnya. Tidak terdengar hasil berupa kebijakan strategis berkaitan dengan industrialisasi tanaman rempah dan obat.
Seharusnya institusi pemerintah itu diisi oleh teknokrat dan kaum idealis yang memikirkan kejayaan Indonesia, bukan melulu barisan birokrat.
Pun jangan dicampuri orang seperti saya, pengusaha kelas pecahan beling yang hanya berorientasi kepada skala keekonomian semata.
Sekian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H