Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kala Bambang Merasa Bimbang

1 Maret 2021   07:20 Diperbarui: 1 Maret 2021   07:21 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bimbang menerjang benak Bambang. Pikirannya melayang. Hari ini ia harus menimbang: nyaman berpenghasilan rutin sebagai pegawai kantor, atau berbisnis dengan spekulasi pendapatan naik turun tanpa batas.

Pergolakan batin membuatnya pusing tujuh keliling.

Sepanjang hari Bambang hanya tercenung, sedikit banyak ia merasa eman)* jika harus meninggalkan kantor dan menanggalkan jabatan yang telah memberinya kemakmuran.

Keluarga besar menjulukinya raja minyak. Pertemuan, perjalanan piknik, dan makan-makan di restoran bersama handai taulan menjadi tanggung jawab Bambang untuk membiayainya.

Walau tidak terlalu besar, ia memiliki rumah cantik di kompleks elite. Kendaraan sehari-harinya adalah sedan bagus keluaran terbaru.

Kedudukan di perusahaan bonafid telah membawa Bambang kepada hidup terjamin, nyaman, dan aman. Menjadikannya pria ideal pada lingkungan sosial kota besar.

Perkara memusingkan timbul kemarin sore. Berkenaan dengan hasil rapat terakhir, setelah beberapa kali pertemuan dengan sahabat-sahabatnya di kampung halaman, sebuah kota kecil yang dapat ditempuh dalam dua jam perjalanan naik mobil mulus.

Jimmy dan Totok telah memastikan sebuah rencana besar. Rancangan bisnis yang memproyeksikan pemasukan fantastis dan, pastinya, penghasilan menakjubkan bagi mereka bertiga.

Jimmy adalah seorang pemborong senior, dikenal memiliki hubungan dekat dengan Pak Walikota yang sukses memimpin kota kecil itu untuk kedua kalinya.

Kabar angin bercerita, bahwa keberhasilan itu atas dukungan dari kawan karib pejabat daerah itu, yang adalah pemborong dan mampu menyumbang ongkos kampanye, lalu tutup mulut.

Kendati susah dibuktikan, pertukarannya mudah ditebak, yaitu: Jimmy diistimewakan pada kesempatan pertama untuk memperoleh proyek-proyek yang nilainya besar dengan cuan)** tebal.

Totok, dulunya, adalah pengusaha periklanan di kota besar, namun berantakan lantas bangkrut akibat perselisihan antar sesama kongsi. Tidak begitu jelas, bagaimana kisah persisnya.

Bambang dianggap mahir dalam bidang manajemen keuangan, yang tentu saja, membayari tagihan restoran dalam rangka pertemuan-pertemuan tersebut.

Tutup dengan botol. Cocok dan klop ketika tiga serangkai bersekutu. Ikatan batin sudah teruji, ditambah keahlian masing-masing pihak yang saling melengkapi.

Jimmy punya akses kuat kepada raja kecil di kota kecil itu. Totok ahli dalam bisnis periklanan. Bambang mahir mengelola keuangan perusahaan. Bahasa londonya, belum apa-apa, rencana usaha itu sudah memiliki: CEO, COO, CFO.)***

Usaha yang direncanakan meliputi pemanfaatan lahan-lahan milik pemerintah kota sebagai titik reklame penempatan billboard.)**** Lokasi strategis yang memiliki nilai pay per view tinggi itu akan disewakan kepada agensi, atau perusahaan periklanan, dengan harga mahal.

Lebih hebatnya, rencana usaha itu menarik minat sebuah kantor agensi terkemuka. Dengan bergabungnya perusahaan periklanan besar menjadi pemodal, maka potensi pendapatan yang akan diraih amatlah fantastis.

Keuntungan dari pekerjaan konstruksi, disebut below the line, ditambah pekerjaan konseptual dan strategis, above the line, akan menghasilkan pendapatan luar biasa besarnya.

"Tapi lebih dulu harus dipastikan, bahwa jalur fasilitas ke Walikota sudah mulus," ujar Totok.

"Kalian tahu kan? Berapa banyak aku menyokongnya dalam pemilihan. Aku jamin akses ke kekuasaan lancar selancar lancarnya."

Lanjut Jimmy, "aku akan berhenti main proyek. Fokus utama kepada bisnis baru."

Pria gempal itu memang dikenal sebagai pendukung terkuat dan merupakan satu-satunya pihak partikelir kawan karib Walikota.

"Bagaimana dengan kamu, mBang?"

Itulah pertanyaan Jimmy yang harus dijawab hari ini.

"Yes," akhirnya Bambang meneguhkan hati. Dibuatnya one month notice, atau surat pengunduran diri satu bulan sebelum, kepada manajemen kantor.

Kepastian sudah ditetapkan. Utang pekerjaan dan pemberesan lain membuat 30 hari terasa singkat. Tiba saatnya meninggalkan sumber pendapatan rutin itu, untuk menyongsong penghasilan yang jauh lebih dahsyat.

Dengan gembira penuh rasa percaya diri, Bambang bersiul di sepanjang jalan tol mengendarai mobil bagus keluaran terbaru yang mulus, menuju kota kecil kampung halaman.

Di depan rumah Jimmy digelar tenda peneduh berwarna kelabu. Kursi-kursi lipat bernuansa biru dibuka dan disusun berjajar. Membentuk tujuh deretan panjang berbaris rapi ke belakang.

Tamu-tamu berdatangan. Para pria berjas hitam, atau setidaknya mengenakan baju berwarna kelam. Masing-masing wanita pasangannya serba harum, cantik berkacamata gelap, berkerudung hitam, dan bergaun serba buram.

Totok menyambut Bambang dengan wajah muram.

"Kang Jimmy..... Jimmy... tadi malam...... Sempat dibawa ke rumah sakit dan......"

Bambang menghempaskan tubuhnya pada kursi lipat biru. Angan mendadak terbang.

Catatan: 

  • )* Eman: sayang, disayangkan; 
  • )** cuan: keuntungan; 
  • )*** CEO setara Direktur Utama, COO setara Direktur Operasional, CFO setara Direktur Keuangan. 
  • )**** Billboard: papan reklame yang diletakkan di tempat strategis dan ramai. 
  • Cerita dan nama-nama adalah karangan/fiksi belaka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun