Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Jounalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Selain Gurih, Ternyata Toge Goreng Juga Sedap Dipandang Mata

8 Februari 2021   11:57 Diperbarui: 8 Februari 2021   12:08 1465
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun cara merebus toge di rumah merangkap warung yang saya hampiri itu berbeda. Penjual memanaskan wajan alumunium di atas kompor gas. Aroma asap telah hilang, seiring dengan lunturnya kultur Sunda pada sebagian generasi muda Bogor.

Warung toge goreng ujung gang jual toge goreng (dokumen pribadi)
Warung toge goreng ujung gang jual toge goreng (dokumen pribadi)
Saat ini, penjual Toge Goreng tidak sebanyak penjaja Mi Ayam atau Bakso, sehingga warung jajanan klasik yang terpencil di ujung gang merupakan anomali dan juga oasis. Mengingatkan saya tentang rasa yang telah lama tidak dikecap.

Meskipun tidak setara produk Pak Gebro dan turunannya, namun rasanya lumayan. Piring licin tandas sudah cukup bercerita.

Sejak kedatangan saya sampai dengan habisnya makanan, warung itu tiada pembeli, baik yang makan di tempat, membungkusnya, maupun yang memesan melalui aplikasi daring.

Bu Dede menuturkan, belum terlalu lama ia membuka warung di depan rumah. Sebelumnya mengontrak tempat di daerah strategis dengan dagangan serupa. Bencana kesehatan telah meruntuhkan omzet penjualan, sehingga membuatnya tidak kuat melanjutkan sewa tempat tersebut.

Dari 40-50 porsi, penjualan terjun bebas menjadi 5, atau paling banter 10, porsi per hari. Cara paling logis adalah memanfaatkan rumah sendiri yang berada di ujung gang untuk berjualan, kendati jauh dari kategori strategis. Harga seporsi Rp 15.000,- dirasa berat bagi tetangga sekitar.

Oleh karena itu, wanita paruh baya tersebut menggandeng aplikasi daring untuk meluaskan jaringan penjualan. Itulah pencapaiannya, 5-10 porsi per hari. Sedangkan penikmat yang makan di tempat amatlah jarang, kecuali seperti saya yang "terpaksa" jajan karena berteduh. 

Cuaca sudah lama terang. Obrolan kian panjang. Sayangnya si Ibu enggan difoto. "Malu," katanya.

Di kejauhan tampak seorang wanita muda berjalan mendekat. Anggun berbalut blus putih dengan rok span hitam menutupi lutut dan menampilkan kaki jenjang nan pualam. Barangkali pembeli. Benar. 

Wanita berwajah cantik itu, meski ditutup masker, menghampiri warung.

Tiba-tiba saya sok akrab, "mau beli toge goreng, Mbak?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun