Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kita Bukan Sekadar Angka

6 Februari 2021   20:57 Diperbarui: 6 Februari 2021   21:07 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Diari,

Sesungguhnya aku ingin merakit sebuah puisi, namun tiada kemahiranku memungut diksi di rimba kata-kata. Agar sesak ini tidak meledak, bolehkah aku curhat kepadamu?

Oh ya, tentu saja kamu berbeda denganku, seorang manusia yang kelak mati. Sedangkan kamu adalah keabadian dalam diam.

Diari,

Baru terasa sekarang, aku adalah manusia di antara para manusia yang tersingkir lalu terpinggirkan. Tahukah kamu? Dulu aku dianggap berlian berkubang lumpur. Maksudku, aku merupakan solusi yang menguntungkan bagi kawan-kawan. Bermacam keadaan genting dalam proyek dapat terselesaikan dengan kehadiranku.

Panjang ceritanya. Ringkasnya, aku adalah pusat jawab untuk berbagai tanya. Rasa-rasanya aku pernah mengisahkannya. Atau kalau belum semua, kelak pasti akan aku ceritakan.

Diari,

Aku merasa, teman-teman "memanfaatkan" kebiasaan itu. Mereka, para pemilik uang dan fasilitas, memeras tenagaku sampai ke titik paling ujung daya tahan.

Bagi mereka, aku adalah sekadar angka.

Diari,

Kemudian aku ambruk seambruk-ambruknya; ambrol seambrol-ambrolnya; rusak serusak-rusaknya. Aku menderita akibat runtuhnya setengah kekuatan fisik, juga rontoknya separuh kemampuan kognisi.

Aku sendirian berkabut sunyi.

Diari,

Kecewa? Marah? Itu sudah pasti. Kekecewaan dan kemarahan adalah manusiawi. Tidak seperti kamu yang abadi dalam diam. Dibanting dengan cara apa pun kamu bergeming.

Diari,

Namun ada energi alam semesta yang membangunkan kesadaran tentang kebahagiaan berkelanjutan. Sang Sejati telah memilah dan memilih aku agar terpisah dengan mereka, serta menganugerahkan kesempatan untuk memeluk cahaya-NYA.

Aku merasa sangat bersyukur telah tersingkir dan terpinggirkan dari kesibukan mereka.

Diari,

Saat ini aku berada di lingkungan teman-teman baru. Bukan saja sebagai teman, tetapi keluarga besar.

Pernah bertemu? Secara fisik belum, namun nuansa kedekatan, aroma kekerabatan, dan suasana kekeluargaan demikian terasa kental.

Keluarga besar dalam sebuah sistem yang raksasa pula.

Diari,

Demikian merekatnya persahabatan, maka kue kegembiraan dibagi rata. Pun ketika salah seorang kerabat, sahabat, anggota keluarga besar pergi mendahului kita.

Maaf ya Di, kamu aku anggap bagian dari keluarga, sehingga aku menyebut "kita" dalam percakapan ini.

Telah beberapa kali anggota keluarga kita berpulang ke alam damai nan abadi. Menanggapi orbituary, kita merasa terpukul. Sebagian merintih melalui puisi, sebagian mencurahkan kesedihan melalui dirimu. Sebagian lagi diam berdoa agar seluruh amal ibadah almarhum/almarhumah diterima oleh sang Pemilik Kehidupan.

Diari,

Aku merasakan ada keluputan dalam sistem kekeluargaan kita. Bukan, bukan tentang hubungan kamu, aku, dan anggota keluarga lain yang sedang bersedih, tetapi tentang sistem itu sendiri.

Sistem yang sepertinya tidak terpengaruh sama sekali dengan berita-berita kematian anggota keluarga. Bagian dari sistem yang mengagungkan obyektivitas, lalu menafikan subyektivitas. Tidak terkecuali menyangkut ihwal kehilangan.

Aku khawatir, kita semata-mata dianggap sebagai angka, sebagaimana pandangan teman-temanku terdahulu.

Diari,

Akhirnya aku hanya bisa berdoa, semoga mereka terketuk hatinya, kemudian menyampaikan sebuah rasa. Dengan demikian kita tidak menganggap lagi mereka sebagai bagian sistem yang kaku, beku, dan mekanis.

Kita bukan lah sekadar angka.

Dibuat dan dipersembahkan kepada Kompasianer yang telah mendahului kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun