Mungkin sudah. Dalam bentuk lembaran kertas yang tidak dapat diterapkan. Karena, nyatanya, sampai saat ini produksi peternakan domestik tidak mampu menopang konsumsi penduduk terhadap daging sapi.
Fokus para pemangku birokrasi lebih kepada, bagaimana kebijakan impor dapat menutup kekurangan stok daging? Rencana jangka menengah maupun panjang hanya berupa retorika belaka, yang tidak terbukti hasilnya.
Kesimpulan
Sampai sekarang, gedung kantor Balitvet (BB Litvet) masih diliputi misteri yang menggentarkan. Jangan sampai ia menularkan misteri kepada pertumbuhan peternakan domestik dan harga daging.Â
Hal itu bisa membuka peluang untuk dimistik (istilah dalam togel), menjadi pembukaan kran impor yang lebih deras, sehingga mematikan para peternak. Sebagaimana halnya yang sudah terjadi kepada petani kedelai.
Dengan demikian, sudah waktunya para birokrat balai penelitian yang berperan dalam peningkatan mutu ternak dan hewan menghasilkan riset yang dapat diterapkan (applicable papers) agar kelak kita, pembayar pajak, bisa melihat pertumbuhan konkret yang signifikan dari peternakan domestik.
Demikian agar kelak tidak timbul keadaan, di mana warga Indonesia beramai-ramai beralih mengonsumsi jengkol, melupakan semur daging.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H