Jumlah pembeli pun merosot, bukan hanya disebabkan oleh melorotnya kualitas, tetapi karena warung sering tutup.
Dengan kata lain, masih pada periode awal yang amat kritis, usaha warung bakso dan mi ayam dinomor-duakan demi meluaskan jaringan bisnis produk suplemen kesehatan impor tersebut yang, konon, sangat menjanjikan.
Setahun kemudian terinformasi, bahwa gerai tersebut tutup total. Semoga wanita kuning langsat (mantan) pemilik warung bakso dan mi ayam itu nyaman dengan usaha barunya. Aamiin.
Dengan mengabaikan faktor-faktor lain yang dapat memengaruhi (ceteris paribus), dari gambaran di atas dapat dipetik beberapa pelajaran, sebagai berikut:
- Hindari kebosanan dan jalankan usaha dengan penuh ketekunan (konsisten). Dengan itu, akan diperoleh kiat-kiat mengelola usaha.
- Hindari lemah ikhtiar atau rasa putus asa menghadapi penjualan yang fluktuatif. Orang putus harapan mudah terpikat iming-iming gemerlap usaha lain.
- Hindari terlalu membiarkan usaha dijalankan (manajerial) oleh orang lain, kecuali mampu membayar pengelola khusus sebagai wakil terpercaya.
- Hindari pemakaian modal usaha untuk keperluan pribadi, apalagi bisnis lain. Gunakan mekanisme utang.
- Hindari pengabaian terhadap kinerja usaha, karena perhatian secara penuh mutlak dibutuhkan. Perhatian tulus dari pemilik ibarat memberi nyawa bagi warung atau usaha.
Dengan demikian, menghindari lima hal di atas adalah pilihan bijak agar usaha F&B atau kuliner yang baru berjalan mampu melewati masa kritis, sehingga langgeng eksistensinya sebagai usaha.
Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H