Menyiasati suasana yang cenderung hampa itu, saya turun tangan. Mendadak menjadi DJ!
Profesi DJ bukanlah keterampilan yang bisa didapatkan dalam semalam, tetapi berkat ketekunan melalui latihan rutin. Untuk itu perlu sekolah khusus DJ.
Apa boleh buat? Tiada rotan, DJ dadakan pun jadi.Â
Saya membutuhkan waktu sejenak untuk memilah piringan hitam dan CD dan memilih lagu yang sesuai.
Ketemulah album lagu dari Michael Jackson (Black or White-1991), MC Hammer (U Can't Touch This-1990), Madonna (Vogue-1990), C+C Music Factory (Gonna Make You Sweat-1990), Fun Factory, Vanilla Ice, Robert Palmer, dan masih banyak lagi.
Tidak hanya lagu barat, juga kumpulan lagu Indonesia yang remixed enak menjadi musik pengiring, seperti: Berharap Tak Berpisah (Reza Artamevia), Bagaikan Langit (Potret) dan seterusnya.
The show must go on. Dengan susah payah, saya akhirnya bisa menghibur tamu, meskipun perpindahan dari satu lagu ke lagu lain kerap meleset.Â
Ia seharusnya dihitung dulu 8 bar untuk menyamakan tempo antar dua lagu dengan memutar tombol tertentu pada mesin DJ, barulah pergantian lagu bisa berlangsung dengan mulus. Tidak "melompat" dan mengagetkan orang yang sedang berdansa.
Namun dari kesalahan itu saya mendapatkan pemahaman, bahwa ada saatnya untuk menurunkan tempo secara mendadak. Dalam musik dikenal sebagai over-tune, irama atau juga genre yang berbeda dengan sebelumnya.
Menurunnya tempo lagu yang tiba-tiba, ternyata mendinginkan suasana "panas" yang hura-hura menjadi "dingin", dimana pengunjung beristirahat dan kembali memesan minum. Lha ini tujuan saya. Hehehehe.
Lagu favorit yang saya gunakan untuk chilled out adalah "Gelora Asmara" dari grup band Groove Bandit (1994), yang digawangi Igor Nainggolan, Musi Nainggolan, dan Budi PM. Lagu ini kemudian dipopulerkan lagi oleh Derby Romero.