Setahu saya, menampung dan mengongkosi sekian keponakan sambil mengurus anak sendiri tidaklah dianggap sebagai beban, sehingga hal itu tidak pernah membebani.
Tentunya cara hidup bersahaja yang tidak mementingkan gaya adalah salah satu kunci bisa bertahan hidup. Lainnya, menganggap bahwa dalam mengurus keluarga besar adalah suatu kelumrahan.
Generasi sebelumnya, para kakek nenek juga sudah terbiasa hidup dalam keadaan "terjepit" yang juga menanggung ibu/bapaknya (buyut bagi saya) dan keponakan-keponakan dekat maupun jauh. Menurut cerita, tradisi tersebut bersifat turun temurun.Â
Mengurus orang tua adalah kewajiban, mengurus anak adalah keharusan, sementara mengurus keluarga dekat maupun jauh merupakan bentuk tolong-menolong.
Walaupun hanya sebentar, saya berkesempatan mengurus orang tua sekaligus mengurus anak. Itu kesempatan yang sangat mahal tiada ternilai harganya.
Kesimpulan
Beban generasi sandwich atau posisi terhimpit/terjepit tidak hanya dialami  generasi milenial, tapi juga angkatan kolonial. Eksistensinya sudah ada sejak zaman dahulu yang disebut keluarga besar.Â
Orang terdahulu menganggap keluarga besar merupakan hal yang biasa. Rahasia para pendahulu kita menganggapnya lumrah, menurut pandangan saya, adalah:
- Tidak menganggap sebagai beban ketika berada dalam posisi "sandwich" tersebut, dan merasa beruntung memelihara keluarga besar.
- Adalah suatu kewajiban untuk mengurus anak, orang tua, dan keluarga.
- Menjalankan tata cara hidup bersahaja.
- Upaya saling tolong menolong dalam keluarga besar.
Jadi sebaiknya dalam hal mengurus orang tua dan anak jangan dianggap sebagai beban, ia menjadi penugasan dari Sang Khalik untuk dijalankan.
Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H