Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Jounalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hutan Larangan

1 Oktober 2020   07:26 Diperbarui: 3 Oktober 2020   06:30 605
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Aku harus segera keluar dari kawasan ini!" dengan terseok-seok Bubun terus berlari menjauhi teror kengerian.

Empat orang kawan seperjalanannya lebih dahulu terkapar dimangsa kunang-kunang.

***

Kawasan luas di balik bukit itu menyimpan misteri. Konon di dalamnya terdapat sebuah peradaban yang sangat berbeda dengan desa sekitar.

Wilayah tersebut dilindungi oleh hutan lebat, yang dikenal sebagai hutan larangan. Perangkat desa mewanti-wanti agar warga tidak melintasinya.

Bertahun-tahun lalu, beberapa warga desa nekat memasuki hutan larangan, berharap menemukan sumber pangan. Kemarau panjang telah menyurutkan hasil sawah ladang.

Melalui celah sempit di antara semak belukar mereka memasuki hutan larangan.

Tetapi mereka pulang tanpa nama, kecuali seorang pria yang kembali dalam keadaan lemah. Pada kulitya menggeliat lintah akibat menerobos semak-semak lembab.

Pada sekujur badannya terdapat cabikan-cabikan bersimbah darah.

Pria malang itu mengisahkan, "hutan terkutuk! Siapapun jangan mendekatinya. Di dalamnya beterbangan ratusan cahaya kuning kehijauan yang mengerikan.”

Sebelum menghembuskan napas terakhirnya ia berpesan, “cahaya itu adalah kunang-kunang jelmaan kuku-kuku iblis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun