Pertama, Aku terlalu mencintaimu dari sejak pertama kali bertemu sampai kelak menjadi ghost, manakala napasku berhenti.
Kedua, Aku minta maaf, baru menyadari, bahwa dahulu Engkau senantiasa ada menemaniku, baik dalam keadaan gembira maupun menderita.
Ketiga, bila dikaruniai kesempatan, maka Aku tidak akan mengulangi lagi tingkah polah yang menyakitimu. Sekarang Aku sadar, perilaku itu didorong oleh rasa tidak percaya diri, ketakutan akan menjadi sendiri, dan keegoisanku semata.
Tetapi rasanya, Aku tak akan mampu mengungkapkan isi hati itu secara lisan kepadamu.
Pun Aku tidak bisa, dan tidak akan pernah mau, menuliskannya pada selembar surat berwarna pastel kesukaanmu.
Tidak!
Hanya kepada anginlah Aku bisa bercerita tentang seluruh rahasia, kendati setelahnya akan timbul genangan di pelupuk mata.Â
Biarkan genangan-genangan itu menjadi kenangan abadi bagiku.
Aku menghargai lelaki baik hati yang mendampingi sisa hidupmu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H