Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Jounalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Curhat Setelah Penyesalan

23 September 2020   13:40 Diperbarui: 23 September 2020   14:12 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gadis. Gambar oleh Thinh Nguyen Gia dari pixabay.com

Kenakalan-kenakalan kecil itu akhirnya ditutup dengan peristiwa penting dalam hidup.

Ya..!. kita saling melingkarkan cincin, seusai Aku mengucapkan janji suci. Hari-hari berikutnya diisi dengan taman cinta di antara kita, ladang kasih di antara dua kekasih. Dua sejoli semakin bahagia setelah lahirnya sang buah hati.

Aku tidak ingat persis, berapa lama kebagian itu. Rasanya sampai anak tunggal kita meremaja.

Di balik kebahagiaan itu, ada kenangan yang ingin kuhapus dari ingatan. Satu waktu, kemuraman membungkus hidup kita. Usaha yang kutekuni bertahun-tahun ambruk begitu saja. Tidak perlu diungkit sebab musababnya.

Yang jelas Aku merasakan akibatnya. Aku merasa tidak memiliki martabat di hadapanmu, lebih rendah dari sandal jepit. Bayangkan, betapa tersungkurnya Aku, jatuh dalam jurang ketidakpastian.

Meski demikian, Aku tahu, Engkau tetap kuat hati mendampingi. Aku tahu, Engkau senantiasa menumbuhkan semangat. Aku tahu, Engkau setia menemani dalam keadaaan senang maupun berantakan.

Tetapi, sifat egoku telah menutupi rasa rendah diri, sehingga hal-hal baik menjadi tidak kasat mata. Secara harfiah maupun dalam arti kiasan. Seumpama debu melekat pada badan yang tidak pernah dibersihkan, semakin lama semakin menebal menjadi kotoran dan penyakit. 

Dari kegelisahan menumpuk menjadi kemarahan tidak berujung pangkal.

Menanggung kegelisahan itu menyakitkan bagiku. Saat itu Aku harus memilih: memendam dalam pusara kelu atau meletupkannya menjadi kemurkaan. Keduanya  adalah perangai tidak patut. Aku baru tahu sekarang.

Aku menjadi mengerti mengenai keadaan itu, setelah kerap bercerita tentang seluruh rahasia kepada angin, tentang kerinduan sekaligus kepiluan.

Kerinduan dan kepiluan yang mengaduk perasaanku. Oleh karena itu, sesungguhnya Aku ingin curhat, menyampaikan curahan hati kepadamu, setelah merenungkan segala penyesalanku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun