Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Jounalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Perlunya Test Panel dalam Bisnis Kuliner

25 Agustus 2020   08:45 Diperbarui: 26 Agustus 2020   00:20 1157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Chicken Clear Soup, gambar oleh Jason Goh dari pixabay.com

Saat kebingungan memilih makanan dari daftar menu, pramusaji yang menawan menawarkan sebuah opsi hidangan baru nan menggoda. Ia meyakinkan saya mengenai cita rasanya yang lezat. Judulnya pun membuat jakun turun naik, "Chicken Clear Soup".

Akhirnya pilihan jatuh kepadanya. Tak sampai 15 menit, pesanan itu tiba di hadapan. Mirip soto ayam Madura atau Semarang hanya garnish-nya lebih cantik. Tampilan dan aromanya sangat menggugah selera.

Dalam beberapa suap, sajian itu terasa sangat gurih. Sangat berlebih malahan! Bukan karena bumbunya yang segar. Juga bukan karena rasa ayam yang dikenal gurih. Tetapi ada rasa lain. Saya mengecap adanya penguat rasa alias MSG berlebih dalam sajian tersebut.

Padahal olahan berbahan dasar ayam, sebagaimana daging atau udang, cenderung sudah gurih sehingga tidak memerlukan tambahan penguat rasa.

Kebanyakan tambahan bumbu artifisial pada ayam malah membuat saya terasa agak mual. Kali ini, saya tidak menghabiskan makanan berkuah itu.

Alhasil saya enggan datang kembali dan tidak merekomendasikan rumah makan itu kepada teman-teman lain. Bisa jadi tamu-tamu lainnya bersikap sama.

***

Untuk menghindari hal semacam  itu, sebaiknya pihak pengelola rumah makan melakukan uji coba terhadap makanan minuman terlebih dahulu sebelum menjualnya.

Mungkin juga sudah dilakukan, tapi dalam skala terbatas dan masih mengedepankan selera pemilik atau pengelola.

Baca juga: Kalkulasi Selera agar Bisnis F&B Berjaya

Dua dekade lalu, Saya mengelola sebuah restoran semi fine dining yang dilengkapi dengan musik hidup, yang juga dikenal sebagai kafe, di Jakarta Selatan.

Dalam sebuah restoran sekelas itu, penerapan standar kesehatan dan kebersihan dalam pengolahan makanan sangatlah ketat. Salah satu contohnya, tidak adanya MSG atau micin sebutir pun di dapurnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun