Belakangan saya merasakan daya cipta untuk menulis cenderung menurun, 3/4 artikel per-hari menjadi 1 artikel per 2 hari. Bahkan hanya 1 artikel dalam seminggu.
Kegiatan tulis menulis mengalami kebuntuan. Apa yang terjadi?
Every dark cloud has a silver lining
Muara kebuntuan dialamatkan kepada: keterbatasan fisik, menurunnya kemampuan kognisi menjelang lansia. Perlu diketahui, usia pertengahan (middle age 45-59) atau menjelang lansia adalah the beginning of the end alias tahap awal mendekati ketiadaan.
Sedikit banyak faktor-faktor tersebut membuat lemah semangat.
Di balik kelambu...eh...awan kelabu kebuntuan menulis, terbersit setitik harapan. Ternyata usia senja, keterbatasan fisik, dan merosotnya kemampuan kognitif hanyalah escape clauses, bukan alasan utama.
Harus diakui secara jujur, bahwa penghambat utama dalam produktivitas menulis  adalah rasa malas. Bahkan sejak awal bergabung dengan Kompasiana. Juga impian untuk menghasilkan karya yang luar biasa bagusnya.
Kenapa rasa malas penyebab kebuntuan tidak dipinggirkan saja? Mengapa ide-ide berkeliaran di kepala tetapi tidak diwujudkan dalam karya tulis?
Untuk mengalahkan kebuntuan itu, saya pun melakukan langkah-langkah relatif mudah dilakukan, sebagai berikut:
Menetapkan Standar Sendiri
Gagasan untuk menulis bergentayangan di kepala. Hanya saja saya tidak tahu bagaimana caranya membuat karya tulis itu nampak indah.