Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Biaya Koordinasi untuk Pak RW Paramount

7 Juli 2020   11:49 Diperbarui: 7 Juli 2020   12:05 705
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen pribadi: pembangunan Wisma Atlet Kemayoran

Fergusso meringis tipis, wajahnya menggambarkan senyum puas. Betapa tidak, kali ini ia hanya mengeluarkan kurang dari biaya yang seharusnya: tujuh puluh lima juta rupiah! Tiga perempat dari anggaran yang semestinya seratus juta rupiah. Itu semua berkat kepiawaian orang kepercayaannya untuk menangani koordinasi lapangan.

Koordinasi lapangan merupakan soal non-teknis yang memusingkan Fergusso. SebagaI kontraktor, setiap awal proyek selalu direpotkan oleh hal yang kendati melibatkan biaya kecil tetapi melibatkan banyak orang. Menguras energi meningkatkan emosi, jika tidak dijaga akan menghasilkan keributan di lapangan yang akhirnya berdampak terhadap kemajuan proyek.

Biasanya warga setempat akan menciptakan fait accompli, yakni keadaan yang mau tidak mau harus diterima. Kalaupun pihak kontraktor menolak kondisi itu, akan timbul perbuatan-perbuatan yang mengarah kepada teror dan penyanderaan.

Paling terakhir adalah peristiwa penyanderaan excavator pada hari pertama dimulainya proyek pembangunan drainase. Alat berat beserta operator yang telah dibayar per-jam dimuka dihentikan oleh belasan warga karena belum diselesaikannya biaya koordinasi.

Setelah dua hari kehilangan waktu dan mengalami kerugian operasional alat berat, akhirnya diperoleh kesepakatan. Pihak kontraktor harus membayar lima belas juta rupiah untuk biaya koordinasi. Pengeluaran itu melebihi satu prosen dari total nilai proyek satu miliar rupiah.

Tidak diketahui persis bagaimana asal muasal timbulnya pungutan liar itu. Biaya koordinasi sebesar satu prosen dari nilai proyek telah menjadi kelumrahan. Nilai suatu proyek dapat dilihat pada papan nama yang wajib dipasang secara terbuka.

Untuk mengatasi keruwetan, Fergusso merekrut sahabat yang sangat dipercayainya dan dipandang cakap dalam menangani persoalan non-teknis itu. Harapannya, ia dan timnya bisa berkonsentrasi penuh kepada pekerjaan teknis.

Rudolfo adalah orang yang pandai berkomunikasi, tenang, dan cukup cerdas menghadapi massa. Fergusso meyakini, kemampuannya akan cukup efektif menghadang warga yang akan memaksakan kehendak.

Rudolfo juga tipikal orang yang tidak banyak cingcong alias tidak mensyaratkan macam-macam untuk pekerjaannya. Itu yang membedakannya dengan pegawai lainnya atau orang yang pernah disewanya demi keperluan tersebut.

Tidak mengapa keluar uang untuk menggaji Rudolfo, sepanjang ia bisa berkontribusi terhadap kelancaran proyek.

Harapan Fergusso terbukti, Rudolfo mampu mengemban kepercayaannya dalam menangani ihwal koordinasi pada proyek pembangunan gedung di kawasan Paramount.

Dikisahkan, bahwa pada awal dimulainya proyek, serombongan warga dengan garang memblokir kegiatan. Mereka berteriak-teriak, memukul-mukulkan tongkat kayu dan besi ke badan mesin-mesin pertukangan serta menghentikan kegiatan pembangunan. Tukang, mandor, dan bagian keamanan tidak kuasa menandingi keberingasan warga. Aksi tak akan berhenti sebelum biaya koordinasi diselesaikan.

Agar ketegangan tidak berkepanjangan, maka Rudolfo, mewakili pihak kontraktor, memberanikan diri menghadap penguasa kawasan Paramount. Sendiri, dengan diiringi warga, Rudolfo mendatangi rumah pak RW.

Pak RW adalah mantan kepala preman terminal bus antar kota, yang pernah membawahi sekelompok anggota yang wajib menyetorkan sejumlah uang hasil memalak sopir bus antar kota.

Kemudian, nasib membawanya menjadi Ketua RW kawasan Paramount. Sepak terjangnya pada masa lampau membuatnya menjadi tokoh disegani --tepatnya ditakuti-- oleh warga, aparat, dan mereka yang hendak berbuat onar di kawasan tersebut.

Rudolfo memasuki rumah pak RW yang sedang membaca koran. Sebagian kecil warga menunggu di luar, sisanya pulang ke rumah masing-masing menunggu kabar baik. Suasana hening mencengkam. Terdengar suara lalat beterbangan. Tiada percakapan. Tiada suguhan.

Dengan berhati-hati Rudolfo mengawali pembicaraan, "maaf pak RW, saya mewakili pihak kontraktor. Apa yang bisa kami lakukan untuk mengatasi permasalahan?"

Dari balik lembaran koran terbentang yang menghalangi pandangan, pak RW menjawab dengan ketus, "sebelum proyek dimulai, harusnya anda melakukan koordinasi dengan warga sekitar."

"Dan anda seharusnya juga tahu, bahwa ada biaya koordinasi kepada warga sekitar. Siapa nama anda?" lanjutnya berwibawa.

"Sa..ya... Rudolfo. Pegawai proyek yang ditugaskan untuk menyelesaikan soal koordinasi," jawab pria berwajah parut itu.

"Rudolfo......???" sontak pak RW menyingkirkan koran yang dibacanya. Matanya melotot tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

"Bagaimana aku bisa melupakan muka parut itu.....," pak RW mengulurkan tangannya kepada Rudolfo yang pernah menjadi tangan kanannya.

"Lama sekali kita tidak bersua. Ternyata engkau sudah insaf dan menjadi ketua RW disegani...... hahaha.....," wajah Rudolfo berubah sumringah lantas terbahak geli.

Sontak kebekuan pecah. Dua sahabat lama itu membualkan masa lalu, ketika masih sama-sama berada di terminal. Segera saja kopi, rokok, dan penganan menjadi penghangat keakraban. Percakapan berlangsung meriah riuh rendah.

Rudolfo berkata, "begini, saya akan menyetor sebesar enam puluh juta rupiah. Yah.....hitung-hitung sebagai perayaan pertemuan kita dan sekaligus sebagai biaya koordinasi."

Kedua karib itu tertawa terbahak-bahak membelah ruang tamu, lalu mereka saling berpelukan sebelum berpisah.

~~Selesai~~

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun