Panjang pendeknya pembicaraan tergantung kepada seberapa banyak gagasan tersebut. Benar tidaknya tergantung kepada seberapa banyak informasi sahih bermuasal, baik dengan mendengar maupun membaca.
Mengapa pembicaraan tersebut tidak dituliskan saja, agar terdapat jejak aksara yang dapat dinikmati oleh orang lain dalam waktu yang tidak terbatas dan juga bisa dibaca oleh khalayak pembaca?
Berikut disampaikan cara sederhana untuk menuliskan gagasan, apakah pada diary, buku tulis, blog, atau bahkan dalam bentuk buku.
Menarasikan Gagasan )*
Gagasan adalah hasil olah pikiran yang diperoleh dari perenungan atau, bisa saja, muncul dari inspirasi sesaat. Gagasan orisinal, buah pemikiran sendiri atau hasil inovasi dari ide orang lain, yang penting bukan hasil plagiasi (nyontek), segera dituturkan atau dinarasikan dalam bentuk tulisan, kendati masih berantakan dan acak-acakan, asal tidak lenyap dari pikiran.
Buatlah orang lain mengerti tulisan itu dengan menambah kosakata dan melakukan penataan gramatikal. Kekayaan kosakata dan tata bahasa yang baik merupakan cara mengekspresikan gagasan seindah mungkin kepada pihak ketiga.
Penambahan Kosakata
Gagasan yang telah ditulis agar dibaca kembali. Hindari pengulangan kata dan kalimat supaya tidak "boros". Jika terpaksa ada kata yang berulang, cari persamaannya.
Tujuannya agar pembaca tidak cepat merasa bosan membacanya. Perkaya tulisan itu dengan kosakata yang enak dicerna. Untuk memperkaya perbendaharaan kata, mau tidak mau, seorang penulis harus rajin membaca buku. Kian banyak pustaka dibaca kian kaya kosakata yang dimiliki.
Menata Gramatikal
Bahkan gagasan yang ditulis secara acak-acakan sudah mengandung tema tulisan yang ingin disampaikan kepada sidang pembaca. Penataan tata bahasa dengan memperbaiki tulisan berdasarkan kaidah-kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar.