Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Journalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Begini Cara Mengajarkan Anak agar Suka Masakan Sayur Versi Bapak-bapak

1 Juni 2020   09:10 Diperbarui: 1 Juni 2020   13:43 1698
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak makan sayur (CreativaImages via lifestyle.kompas.com)

Suatu saat saya makan malam dengan salah satu kolega di rumah makan, yang selain menyajikan menu ayam, daging dan ikan juga menyediakan aneka olahan sayur dan lalapan. Turut serta anak saya yang waktu itu kelas 10 (kelas 1 SMA versi zaman dulu). 

Kolega saya takjub melihat sang anak dengan lahap nambul (menggado tanpa nasi) tumis sayur kangkung dan lalap daun mentah (salah satunya adalah daun poh-pohan, sejenis tanaman perdu yang banyak tumbuh di pegunungan). Lauk lainnya disantapnya dengan suka cita, kecuali jengkol dan petai.

Ketakjuban tersebut disebabkan oleh pemikirannya, bahwa anak zaman sekarang sulit berdamai dengan masakan selain ayam goreng dan daging empal apalagi sayuran. 

Diceritakan, bahwa putranya yang seusia putri saya hanya bisa makan ayam goreng juicy, olahan daging yang tebal, dan burger, sama sekali tidak mau makan sayur. Giliran saya yang takjub.

Terinformasi, bahwa anak yang tidak suka sayur berpotensi mengalami gangguan kesehatan langsung bahkan penyakit kronis di masa depan. Menukil dari laman parenting.orami.co.id dampak yang diperkirakan terjadi adalah:

  1. Kurangnya sumber serat dari sayuran yang akan mengganggu proses pencernaan.
  2. Kelebihan berat badan, akibat kelebihan mengonsumsi lauk pauk dan nasi sebagai pengganti energi dari sayur.
  3. Kurang Gizi. Sayur memiliki kandungan mineral, zat besi, vitamin, dan kalsium yang tidak bisa digantikan oleh sumber pangan lainnya.
  4. Risiko Penyakit Kronis. Sayur kaya akan antioksidan yang bisa mencegah penyakit serta memperbaiki sel dan jaringan tubuh yang rusak. Dalam jangka panjang anak akan rentan terserang penyakit kronis, seperti: diabetes, gangguan jantung, dan kanker.

Kemudian kolega saya bertanya, bagaimana cara membuat anak suka makan sayur? Sayapun menjelaskannya berdasarkan pengalaman, sebagai berikut:

Kenalkan Sayur Sejak Dini
Setelah berumur enam bulan, anak saya diperkenalkan pada Makanan Pendamping ASI (MPASI). Waktu itu ada pengasuh bayi yang, menurut saya, luar biasa perhatian.

Ia membuat MPASI dari campuran karbohidrat, sayuran, dan sumber protein yang dihaluskan dan disaring. Semua makanan bayi dibuat sendiri bukan dari makanan bayi instan yang banyak dijual di pasaran, kecuali biskuit untuk bayi. 

Menurut sang pengasuh bayi, makanan bayi instan hanya sedikit mengandung sayuran dan terdapat bahan kimiawinya. Karena itu ia lebih suka membuat secara alami. Peranan sang pengasuh bayi yang telaten cukup berpengaruh.

Bila masanya sudah terlewat, simak tips selanjutnya.

Ilustrasi sayuran (Gambar oleh Ritae dari pixabay.com)
Ilustrasi sayuran (Gambar oleh Ritae dari pixabay.com)
Ajak Anak Menyenangi Sayur
Setelah cukup besar dan bisa makan makanan kasar (tidak dihaluskan) anak saya dibiasakan makan sayur kesukaannya, seperti wortel, buncis dan brokoli.  Sayuran tersebut sudah menjadi asupan sejak bayi, sehingga rasanya --bisa jadi-- masih diingatnya. 

Buatlah berbagai variasi masakan sayur agar anak tidak bosan. Bisa ditumis dengan potongan ayam atau sosis. Bisa direbus lalu ditumis (saute) sebentar dengan margarin.

Kebetulan saya senang memasak dengan segala gaya olahan, meski sudah ada Ibunya dan asisten rumah tangga, sehingga mengolah dan memakan sayuran adalah sebuah eksplorasi menyenangkan.

Perkaya Variasi Masakan Sayur
Seiring dengan bertambahnya usia, masakan sayur semakin bervariatif. Ajak anak mengetahui bahwa macam sayuran itu beraneka ragam dan bisa dikreasi menjadi berbagai masakan yang lezat. Bayam selain disayur bening juga bisa ditumis. Kangkung (terutama jenis kangkung air) bukan hanya daunnya yang enak diolah, tetapi batangnya enak ditumis. Gabungan berjenis sayur bisa diolah menjadi capcay atau sup yang menyegarkan.

Saya perkenankan anak untuk ikut membersihkan sayur dan turut memasak dengan pengawasan tertentu. Demikian agar ia menyenangi prosesnya dan antusias menikmati hasil masakannya.

Kurangi Penggunaan MSG dalam Masakan
Saya tidak menggunakan butir kristal penyedap (micin) agar masakan sayur terasa apa adanya. Sayuran sendiri sudah mengeluarkan rasa manis yang terasa enak bila dibuhi sedikit garam. 

Di beberapa restoran, sayuran direbus sampai reduce dan menjadi vegetable stock. Apalagi jika sayur dimasak bersama udang, ayam, atau daging, maka rasa gurihnya akan keluar dari bahan pangan tersebut.

Kalaupun harus menggunakan penyedap tambahan, gunakan bubuk penguat rasa (chicken powder atau beef powder). Sayangnya di pasaran, kebanyakan, tersedia dalam kemasan kaleng 1 kilogram, sementara penggunaannya relatif sedikit karena bubuk penguat rasa kandungan MSG-nya kecil.

Dikutip dari Joint Expert Committee on Food Additives (JECFA), komisi penasehat WHO tentang ihwal bahan aditif makanan, menetapkan ambang batas aman sebanyak 120 mg/ berat badan per harinya. Artinya, jika berat seorang anak 30 kg, maka konsumsi yang disarankan 4 mg atau tidak lebih dari 1 sendok teh (sumber).

Hindari Junk Food
Junk food atau makanan yang mengandung gula, lemak, garam, dan minyak tinggi dapat menyebabkan efek ketagihan. Rasa enak berlebihan akan membuat anak "mengidam" secara otomatis sehingga kebutuhan terhadap jenis makanan ini akan terus-menerus berulang (sumber).

Hal itu bisa menjelaskan, mengapa putra kolega saya dimaksud di atas hanya bisa dan ketagihan makan burger, ayam goreng yang juicy, dan daging yang tebal. Sebisa mungkin hindarkan anak dari jenis junk food, meski dibombardir oleh promosi makanan tersebut. 

Ketika anak sudah mengenal rasa junk food, maka pengetahuan rasa berbagai makanan akan terbatas hanya pada jenis masakan itu-itu saja. Rasa sayur menjadi hambar dan sama sekali tidak enak ditelan.

Barulah pada saat SMP ia dibolehkan makan makanan tersebut, setelah pengetahuan tentang kekayaan aneka rasa masakan terbentuk. Sampai sekarang anak saya bukan penggila olahan junk food.

Lima cara tersebut di atas saya gunakan dalam mengenalkan dan mengajarkan anak agar menyukai sayur sebagai asupan sehat dan enak, tentu saja menurut kacamata atau versi seorang bapak yang mendampingi putrinya dalam proses tumbuh kembang menjadi pribadi sehat dan baik. 

Demikian agar anak tidak akan mengalami gangguan kesehatan langsung bahkan penyakit kronis di masa depan Pemahaman di atas saya peroleh secara a posteriori, yakni pengetahuan pribadi yang berdasarkan pengalaman semata, dalam keadaan masih normal.

Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun