Pada sebuah restoran, seorang tamu menyembulkan kepala, celingukan memanggil-manggil waiter/waitress untuk melakukan pesanan atau penambahanan. Mejanya masih berantakan belum dibersihkan, sementara tamu tersebut masih ingin bersantai seusai bersantap.
Sebaliknya, sebuah kedai di emperan toko, menawarkan kehangatan pelayanan pada pagi hari. Pemilik sigap merespon permintaan pelanggan, asistennya membersihkan meja dan menyodorkan teh hangat. Ia menjadi kedai yang ramai di antara deretan warung serupa, pada suatu pasar.
Sejatinya, restoran atau tempat makan dalam skala apapun mempunyai makna sebagai tempat yang menyediakan penyegaran kembali, atau refreshment, atas rasa lapar dan dahaga (lupa referensinya, bukunya hilang).
Penyegaran kembali tersebut merupakan tujuan utama tempat-tempat penyedia makanan-minuman (mamin).
Selain itu, kebutuhan penyegaran kembali itu akan meliputi kebutuhan penuntasan makan minum, perolehan suasana nyaman, penghiburan menyegarkan dan pelayanan yang layak.
Seringkali penyedia mamin terjebak semata-mata kepada produk, tanpa memerhatikan pada pelayanan, meliputi: ketersediaan mamin sesuai menu, kecepatan merespon keinginan tamu, dan kebersihan.
Pada contoh pertama, tamu keburu kesal dan merasa tidak terlayani, membuatnya sebal kemudian enggan memesan lagi, yang pada gilirannya penyedia mamin kehilangan potensi penambahan omzet penjualan.Â
Lebih parah lagi, jika tamu tidak mau kembali, kemudian cenderung menyiarkan keburukan pelayanan restoran tersebut kepada orang lain.
Contoh kedua, menunjukkan derajat pelayanan yang baik, sehingga pelanggan mendapat kegembiraan dan keinginan untuk kembali ke kedai tersebut, selain rasa kenyang yang diperoleh serta kelezatan makanan.
Hospitality Sebagai Kata Kunci
Kedua contoh tersebut menunjukkan pentingnya pelayanan tulus penuh keramahtamahan, atau hospitality, dalam usaha mamin dan industri pariwisata yang berhubungan dengan kenyamanan dan kepuasaan pelanggan