Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Dendam Mampat

15 April 2020   11:33 Diperbarui: 16 April 2020   21:15 400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi dari pixabay.com/draconianimages

Seorang wanita berbadan subur menenteng sayur-mayur dan plastik hitam berisi belanjaan sedang berjalan tergesa-gesa.

"Satu lagi....satu lagi... satu lagi berangkat...!", teriakan menyeru kepada wanita tambun berpeluh melelehkan pupuran itu, untuk kemudian dijejalkan kedalam angkot penuh dengan pengap keringat.

Aku melompat dan bergelantungan pada kendaraan itu, menepuk-nepuk atapnya yang panas terbakar garangnya matahari. Segera Rudolfo menghentakkan angkot reyot, tancap gas meninggalkan terminal Cililitan.

Di sepanjang jalan aku masih berteriak, "Melayu...Melayu.... Kampung Melayu...masih kosong.....!"

~~Selesai~~

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun