"Ternyata satu arah, saya tinggal di daerah setelah melewati tempat itu. Baiknya anda ikut bersama, kebetulan saya sendiri di kendaraan".
Lanjutnya, "lagi pula, dalam keadaan begini, mana mungkin ada angkutan umum?"
Sebuah tawaran argumentatif yang tidak bisa ditolak. Aku mengangguk sambil berkemas menyongsong kereta berhenti sempurna. Pria baik hati itu tersenyum tulus.
Peron nampak lengang, pada sudut-sudut bersiaga aparat bersenjata lengkap menonjolkan aura kegentingan.
Aku duduk dalam kendaraan, sementara pria itu mengemudi pelan, keluar dari halaman stasiun menuju jalan raya yang sepi mencekam.
Aku memejamkan mata, menikmati kursi empuk berlapis kulit, menghirup wangi khas kendaraan buatan Bavaria, dan terlena suara jernih mengalun dari sound system kendaraan yang senyap dari bunyi-bunyi roda menapaki aspal.
Tersadar, aku belum memperkenalkan diri kepada pria baik hati itu, "Oh ya, lupa. Nama saya Ferguso. Nama anda?"
Pria itu menjulurkan tangan, menyebutkan jelas namanya, "Mike Skywalker...", yang kusambut dengan genggaman erat tanganku, berterimakasih.
Jabatan tangan hangat yang menjalar dari keempat jarinya.
"Empat..........???", mendadak wajahku pucat.