Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Mbah Kencono

1 Maret 2020   05:54 Diperbarui: 2 Maret 2020   17:23 421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh Stefan Keller pixabay.com

Setelah beberapa kali ritual, aku merasakan gelombang-gelombang berdenyut dalam diriku. Gelombang acak yang kian lama kian beraturan seperti membentuk bunyi.

Bunyi? Suara-suara? Rupanya Mbah Kencono sedang berusaha membaca pikiranku!

Berarti? Aku punya kesempatan untuk menyampaikan keinginan kepada orang pintar itu. Akhirnya harapanku terbentang!

Lima hari lalu aku membeli mie instan dan telur di warung Yu Jum. Dalam situasi hujan lebat rasanya nikmat menyantap mie rebus panas.

Puting beliung mendadak menerjang. Aku terkejut, menahan payung. Bungkusan kudapan terlepas dari pegangan disambar angin keras. Bergulir liar. Aku, melupakan payung, secepatnya mengejar kantung kresek itu agar tidak tergelincir ke dalam saluran air.

Bungkusan berhasil kuraih dengan gaya kiper menangkap bola. Demikian sigap sehingga membuatku kehilangan keseimbangan, terpeleset lalu tercebur ke dalam saluran yang telah menyungai itu.

Aku gelagapan berjuang keluar dari sergapan aliran air yang amat deras. Pergulatanku terhenti, manakala badanku tersangkut dalam gorong-gorong beton di bawah aspal jalan.

Harapanku hanya satu: ada manusia yang bisa kuajak berkomunikasi untuk menemukanku.

~~Selesai~~

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun