Bahkan, ia asyik berjalan seperti biasa saja di depan Rebly yang terseok-seok jauh tertinggal di belakang. Bukannya mengiringi di samping atau belakang menjaga keadaan Rebly yang masih belum stabil.
Sesekali saja ia melirik cara berjalannya yang lamban.
Sejak saat itulah, Rebly bertekad untuk bisa bepergian sendiri tanpa didampingi.
Rebly membeli tongkat untuk membantu melancarkan langkah. Walaupun masih jauh lebih pelan dibanding orang normal, Rebly sudah bisa bepergian sendiri mengurus keperluannya.
Rebly ingin mandiri, bebas dari ketergantungan kepada orang lain, terutama Rudolfo.
Rebly merasa temannya itu tidak tulus, cenderung menggerutu ketika mendampingi dan kerap berjalan meninggalkan di depan daripada di sampingnya.
Tetapi Rebly demikian lemah untuk mendebatkannya apalagi berkata dengan nada keras kepadanya. Rebly tahu diri, selain ia menumpang hidup kepada Rudolfo, ia juga terlalu lemah untuk berkata-kata keras.
Sejak menderita stroke, Rebly kesulitan menerangkan suatu perihal yang gampang dimengerti orang lain. Kemudian, diam adalah sikap paling aman.
Hari ini adalah jadwal pemeriksaan rutin ke dokter. Biasanya untuk urusan tersebut Rebly lakukan sendiri, karena selama ini merasa bisa mandiri.
Tetapi hari ini kakinya sangat nyeri untuk menjejak tanah apalagi digunakan berjalan. Dua hari lalu Rebly terkena penyakit asam urat. Radang pada sendi telapak kaki kanan menyebabkan sakit luar biasa.
Tenaga Rudolfo diperlukan, bukan untuk sekedar mendampingi, melainkan memapah Rebly berjalan dan hilir-mudik di tempat dokter untuk pendaftaran dan lain sebagainya.