Sedemikian banyak sangkaan bersimaharajalela di kepala sehingga tiada ruang berpikir. Kekalutan memicu niat untuk ngeles, menghindar bahkan melenyap. Kemarahan sesaat membuat hendak memecat staf administrasi.
Saya merenung, bahwa melakukan apapun senada dengan tindakan tersebut tidak akan mengubah apapun, juga tidak akan mengembalikan kerugian.
Teringat sebuah ujaran, entah siapa yang membuatnya, menyatakan ihwal kesalahan, "Jika melakukan kesalahan, hadapi dan akui saja (admire it) dengan tulus serta berjanji akan melakukan hal lebih baik (making bigger promise).
Bermodal keyakinan tersebut, saya menemui investor untuk mengakui kegagalan perolehan proyek, akibat keliru menginterpresi tanggal pemasukan dokumen penawaran, sebagai tanggung jawab diri sendiri.
Saya bertanggung jawab atas kesalahan tanpa berdalih apapun dan tanpa menimpakan kesalahan kepada pihak lain, seperti dipertontonkan baru-baru ini oleh salah seorang pejabat. Setelah itu timbul perasaan lega, hanya tinggal menunggu akibat.
Dimarahi, diungkit mengenai besaran kerugian dan dimaki-maki oleh investor itu sudah pasti. Tetapi tidak lebih dari itu!
Pada hari lain, dalam suasana lebih tenang, Ia bahkan mendiskusikan tentang kemungkinan mendapatkan proyek lain sebagai kompensasi kerugian. Saya pun berjanji lebih keras (bigger promise) untuk memperoleh proyek yang lebih besar dan menguntungkan.
Tidak berapa lama, saya memperoleh proyek lain yang bernilai setara, dengan potensi keuntungan lebih baik dan biaya untuk "orang dalam" yang minimal. Investor senang tidak jadi merugi.
Dari peristiwa tersebut, barulah saya mengetahui dan mengerti istilah "hikmah" (blessing in disguise), bahwa di balik setiap permasalahan besar selalu terdapat maksud yang sesungguhnya lebih baik.
Bisa jadi kejadian tersebut merupakan upaya penyelamatan dari persoalan-persoalan yang jauh lebih rumit, dan menggantinya dengan kesempatan lebih baik.
Peristiwa tersebut saya rasakan sebagai sepercik air dari lautan kekuasaan Sang Maha Pengatur.