Lahan di Indonesia cocok untuk penanaman kacang kedelai, tidak seperti gandum. Kualitas produknya pun tidaklah jelek. Namun petani masih enggan menanam secara besar-besaran, karena sulit bersaing dengan kedelai impor yang lebih murah.
Seandainya keran impor kacang kedelai dibatasi, maka dimungkinkan kacang kedelai lokal tumbuh pesat dan bisa memiliki keunggulan kompetitif.
Kemungkinan itu bisa terjadi dengan budidaya lobster.
Jangan sampai kedelai ....eh.... keledai terperosok di lubang yang sama. Peternak/nelayan menjadi tidak berminat membudi-dayakan lobster dengan alasan berbiaya tinggi, kesulitan akses permodalan, sarana/prasarana kurang, dan bermacam dalih klasik lainnya.Â
Mereka lebih terangsang melakukan penangkapan benih lobster dengan hasil yang instan.
Pembukaan keran impor benih lobster diduga akan membuat petani/peternak lobster enggan melakukan budidaya. Bagi nelayan, menangkap benih lobster lebih menguntungkan daripada menangkap ikan pada bulan Januari-April.
Keuntungan sesaat akan memicu penangkapan benih lobster besar-besaran, dikhawatirkan hal itu akan mengganggu habitat lobster secara besar-besaran pula. Ekosistem kelautan terancam dalam jangka panjang.
Sebagai penghasil benih lobster terbesar di dunia, ekspor benih lobster merupakan keuntungan jangka pendek yang bisa menopang neraca perdagangan yang tekor alias defisit. Barangkali, dengan menggenjot ekspor benih lobster secara besar-besaran bisa membantu mengurangi defisit pada neraca perdagangan saat ini.
Vietnam yang bergantung dari benih lobser yang dikirim dari Indonesia telah menjadi negara eksportir lobster terbesar di dunia yakni 3.000 ton setahun dibanding Indonesia dengan hanya 300-400 ton setahunnya (data tahun 2015).Â
Artinya negara kecil tersebut telah mengelaborasi teknologi budidaya lobster sedemikian rupa sehingga menjadi negara penghasil lobster terkemuka.
Sangat mengherankan ketika budidaya/pembesaran lobster di Indonesia lebih terbelakang dibanding Vietnam yang porak-poranda ditahun 1970-an. Apakah tidak mungkin teknologi itu dikembangkan di dalam negeri? Apakah sebab kekurangan tenaga ahli dibidang budidaya lobster?
Saya kira tidak, hanya perlu willingness atau niat luhur saja untuk memajukan budidaya lobster agar punya nilai lebih dibanding ekspor benih lobster. Belum lagi jika dihitung dari social cost jangka panjang, berupa kerusakan ekologis yang dikhawatirkan.