Sebuah rumah berlantai dua bergaya gothic berdiri angkuh di atas lahan luas untuk ukuran kota kecil ini. Atap menjulang miring sekiranya air meluncur pesat menuju talang ketika hujan. Langit-langit yang tinggi mengalirkan udara sejuk ke seluruh bagian rumah utama.
Dapur kotor, tempat masak-memasak untuk konsumsi penghuni rumah induk berada di bagian belakang. Sebuah bangun paviliun tempat tinggal asisten rumah tangga berdiri di sebelahnya. Selebihnya adalah kebun rindang menghampar berbagai jenis tanaman buah dan perdu.
Pada bagian lantai atas terdapat balkon, sebuah serambi yang menjorok keluar bagian rumah, menghadap kebun belakang. Di situlah terletak sebuah kursi goyang kayu jati berwarna coklat tua seperti biji salak dengan aksen keemasan pada ukirannya.
Raden Aryo Adipramana Bayuaji Sastraningrat, biasa dipanggil Ndoro Bayu, setiap sore duduk berayun-ayun di kursi goyang kayu jati sambil memandang halaman belakang.
"Lagi memperhatikan Sutinah ya.....?" suara lembut Kanjeng Ratu Sunarsonowati telah membuyarkan untaian mozaik yang mulai mengembrio di benak lelaki gagah itu.
Sutinah, sedang asyik memasak di dapur, kasat mata tidak kelihatan seperti asisten rumah tangga umumnya. Perawakannya lebih jangkung dibanding kebanyakan wanita. Rambutnya sewarna kerlip-kerlip kemerahan bukan karena cat atau terlalu sering diterpa sinar matahari. Paling menarik adalah kulitnya.
Kulit Sutinah berwarna putih pucat ditumbuhi semak-semak bulu halus yang tampak berkejaran pada lengan tangannya, bukan sekedar halus kuning langsat seperti kulit tubuh istri Ndoro Bayu.
Rupanya bangsa Anglo-Saxon telah meninggalkan jejak genetik tersisa pada janda beranak satu itu. Dan benarlah kisah-kisah, tatkala para tuan tanah Eropa yang menjadikan perempuan pribumi selaku selir-selir pada masa lampau.
Nyonya Kanjeng Ratu sebagai wanita dengan perawatan masa kini patut merasa iri dengan kemolekan wanita yang lebih tua darinya itu. Rasa cemburu mendesak-desak dada manakala dilihatnya sang suami kepergok mencuri pandang kepada Sutinah.
"Lho ya Bune ini bagaimana toh? Ya tak pantas dong, menak seperti kita menurunkan pandangan mata kepada orang biasa! Lha wong Aku sedang menikmati pemandangan kebun belakang. Terutama pohon berbentuk kerucut dengan daun berwarna merah jambu itu".
Pohon buah langka! Pohon dengan hasil buah sekepalan tangan orang dewasa, bulat sewarna sawo dan muncul bergerombol. Gerombol-gerombol buah bergelantungan pada pokok pohon sampai ke bawah.