Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Jounalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bagaimana Pasangan Suami Istri Mendiskusikan Persoalan Rumah Tangga Melalui BBM?

15 Februari 2016   01:32 Diperbarui: 15 Februari 2016   01:54 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Salah satu ajaran guruku yang ga pernah aku lupa: “...kalo usaha, modal sekecil mungkin kalo bisa tanpa modal. Lalu gunakan sepersepuluh dari hasilnya untukmakan dan penampilan, sisanya diputarkan untuk usaha. Uang yang akan bekerja”. Prakteknya sangat sulit, tapi terbukti bisa.

Sun 5:23

Maka, jadilah warung baso Sari Raos, yang sederhana, micro-level (bukan bisnis wah dan gaya). Dengan niat tulus, aku punya mimpi: kita punya grup usaha. Mungkin starting-point nya dari sini. Ya...memang saat ini hasilnya recehan. Sekecil apapun, sesederhana apapun, sejelek apapun aku sangat bersyukur usaha ini telah berjalan. Setiap malam aku hanya mengucapkan terimakasih kepada siapapun itu yang telah mengirim wakil-wakilnya untuk membeli baso dan mie-ayam kita.

Sun 5:35

Terhadap apapun yang kita miliki sekarang (maksud aku, barang-barang yang dititipkan) aku sangat berterimakasih kepada Sang Maha Pemilik Barang. Mobil tua dan butut, ajrut-ajrutan yang telah sangat berjasa mengantarkan kita tidak kehujanan (kendati bocor), tidak kepanasan, menghasilkan uang untuk kita. Sepeda-motor ketinggalan jaman yang terseok membawa sekeranjang belanjaan dan juga menemani aku menemui partner bisnis. Rumah mungil tempat berlindung yang menyenangkan (masih ada bocor sih, nti klo ada luang aku naik genteng). Anak-anak yang lucu, baik, dan pandai yang dititipkan oleh Tuhan kepada kita (eh...Tuhan nitip ada ongkosnya lho). Ada Embah yang juga dititipkan oleh para leluhur untuk menjaga kita. Ada Puput engasuh si Bungsu yang kelak kita asuh dan didik juga. Ada tanaman di kebun kecil dan di taman lingkungan kita yang ramah dan menyenangkan, karena tidak mengeluh dikasih minum air bekas mandi si bungsu, bekas cucian ayam dan daging. Dan banyak sekali hal-hal yang membuatku takjub setiap saat dan merasa berterimakasih kepada entah siapa yang meminjamkannya. Aku yakin Ia adalah Sang Suci Yang Penuh Kasih Sayang Tanpa Henti.

Dan buat aku, yang paling dahsyat (bukan cuman Melia yang dahsyat) adalah dipertemukannya aku dengan Sayang. Lebih baik aku yang belajar mengubah perilaku, sifat, cara bertutur, cara melayani, karena aku ga mau kehilangan Sayang. Aku sudah gak memerlukan apa-apa lagi, umurku sudah tua. Aku hanya ingin mengisi sisa hidup dengan kebaikan, kegembiraan, dan meninggalkan sesuatu yang bermanfaat bagi keluarga dan orang banyak sampai waktu yang sangat lama.

Sun 5:46 PM

Singkatnya, usaha warung kecil-kecilan aku dedikasikan kepada Sayang agar bisa berkegiatan yang produktif. Diawal aku mau menyerahkan seluruh pengelolaan ke Sayang, tapi mungkin Sayang berpikir belum saatnya. Tadinya aku mau nunggu 3 sampai dengan 6 bulan saat usaha sudah running-well, baru aku serahkan full-operation ke Sayang. Kelak aku berperan sebagai spirit, yang meminta kepada Tuhan untuk mengutus wakil-wakilNYA agar makan dan berbelanja di warung kita. Selain itu aku berlaku sebagai purchasing staff, accounting staff, kurir, dan steward.

Aku hitung dulu posisi keuangan, mudah-mudahan pada tanggal 15 Februari 2016 sudah bisa aku serahkan kunci dua unit warung yang sekarang. Atas perkenan Tuhan, nantinya menyusul warung ke 3, 4, 5, 6, 7 dan 8 dikelola oleh Sayang.

Semua bisnis menjadi baik jika pengelolanya menjalankannya dengan passionate, ikhlas, tulus melayani, sabar, tekun, ulet dan fokus.

Aku yakin hasil usaha ini bisa memenuhi pembayaran kewajiban kepada investor. Pasti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun