Remaja usia dimana sosok anak tumbuh dalam proses mencari jati dirinya.
Luapan emosi usia remaja yang berlebih terkadang tidak terkendali membuat orang-orang terdekat merasa aneh melihatnya.
Terkadang energi lebih yang dimiliki tidak terakomodir dengan baik maka pelampiasan negatif akan menjadi cara anak mengekspresikan dirinya.
Pacaran dan tertarik terhadap Lawan jenis akan mempengaruhi emosi anak disini proses pendewasaan terjadi anak mulai menggunakan perasaan dalam mengambil keputusan.
Namun perilaku remaja yang cenderung bertindak tanpa memikirkan resiko dampak dari apa yang dilakukan maka usia remaja rentan melakukan tindakan berbahaya dan menakutkan.
Tawuran, minum-minuman keras, mencoba hal-hal negatif menjadi cara yang salah dalam meluapkan emosi dalam diri para remaja jika perhatian orang tua tidak bisa mengawasi anak dalam pergaulannya.
Pada dasarnya semua anak terlahir baik namun pembentukan karakter terjadi dari berbagai faktor seperti lingkungan  dimana anak dibesarkan dan bagaimana diri mereka di berlakukan.
Kedua hal tersebut memberikan pengaruh penting terhadap tingkah laku anak, mereka berbuat dari apa yang mereka lihat dan rasakan.
Ditambah lagi usia remaja menjadi usia yang rentan terhadap tindakan kejahatan karena anak berfikirnya sekali saja tanpa memikirkan akibat dari perbuatannya.
Pentingnya memahami kompleksitas emosi anak dan dinamikanya menjadi pemahaman yang harus dipelajari setiap orang tua.
Jalinan komunikasi yang baik menjadi kunci bagaimana kita tetap mampu mengendalikan para anak remaja.
Bagaimana kita memahami dan melakukan pendekatan terhadap anak agar terjadi komunikasi yang baik terhadap mereka.
1. Pentingnya keterbukaan
Kejujuran harus dibangun sejak dini dalam pendidikan karakter anak, kejujuran menjadi hal terpenting untuk terus menjaga anak tetap menjadi orang baik.
Jangan pernah bertanya kepada anak mengapa ia melakukan kesalahan karena kata mengapa akan berdampak memunculkan beragam alasan.
Berikan kenyamanan dalam membina kesalahan anak dengan mengatakan apa yang dilakukan anak itu sudah pernah dilakukan orang lain dan itu tidak baik.
Setelahnya baru memunculkan rasa dalam hati anak perbuatan itu salah dengan segala konsekuensi jika dilakukan berulang.
Jika konsisten ini dilakukan maka anak akan terus berkata jujur kepada orang tuanya.
Kejujuran menjadikan adanya keterbukaan sehingga anak akan menjadikan orang tuanya tempat mengadu dari berbagai persoalan yang dihadapinya jika ini terjadi maka naluri orang tua yang selalu ingin anaknya tampil terbaik akan sejalan dengan memberikan nasehat-nasehat terbaik yang di terima anak dengan terbuka pada dirinya.
2. Jangan berkata kasar
Siapapun tidak ingin di berlakukan dengan kasar demikian pula anak remaja yang perasaannya masih rentan terluka yang jika terus di bombardir dengan kalimat-kalimat kasar orang tua akan menimbulkan luka yang berkepanjangan.
Pengendalian emosi orang tua harus lebih baik dari anak karena amarah hanya akan memunculkan penyesalan sesudahnya.
Luka akibat kata-kata sulit disembuhkan dan akan menjadi dendam puncaknya figur orang tua mendapat image negatif sehingga anak mencari sosok tepat diluar rumah untuk berbagi keluh kesahnya.
Dampaknya jika anak tidak temukan figur yang tepat maka perilaku menyimpang akan menjadi kebiasaan anak yang akan menyusahkan orang tuanya.
3. Satukan frekuensi
Anak remaja akan terbuka jika kita memulai untuk membuka diri misalnya dalam pacaran kita harus fahami anak remaja menjadikan pacaran sebagai masa yang mereka hadapi.
Jika kita menentang hal tersebut maka kita akan menjadi musuh bagi mereka, ungkapan kalimat seperti tidak pernah muda saja akan terlontar dari anak remaja kepada kita.
Maka jika urusan pacaran ingin kita ketahui dari anak terbukalah ceritakan bagaimana kisah kita pacaran dengan pendamping hidup kita dan segala keunikan yang terjadi hal tersebut sangat menarik bagi anak remaja.
Setelah kita bercerita maka frekuensi kita dan mereka sedang coba disatukan dalam gelombang yang sama pada akhirnya kita akan mendapatkan semua cerita bagaimana kehidupan mereka dalam mencintai Lawan jenisnya dan kita bisa memberikan filter agar anak tidak kebablasan dalam berpacaran.
4. Jangan rampas kebebasan anak
Anak remaja paling benci kebebasannya di rampas terlebih kesenangan diganggu. Contoh kecil jangan pernah menyuruh anak melakukan pekerjaan lain di saat dia lagi bermain olahraga misalnya. Biarkan dia menyelesaikannya baru kita suruh untuk melakukan apa yang kita perintahkan.
Anak usia remaja memang dunianya ingin bermain dan bermain sehingga saat kita merampas usia bermainnya siap-siap di masa depan mereka akan sibuk bermain dan tidak bisa belajar dan bekerja dengan baik.
5. Dekatkan anak kepada Tuhan
Hal terpenting agar anak remaja bisa tetap menjadi orang baik dan selalu terlindungi maka kita perkuat imannya.
Dikala anak bisa memahami agama dengan baik maka dia akan tau mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan pribadi yang bertanggung jawab akan muncul dalam diri setiap anak yang dekat terhadap Tuhannya.
***
Generasi muda usia remaja menjadi jembatan dimana anak menuju kehidupan sebenarnya dimana bergelut dengan lingkungan masyarakat sekitarnya.
keberhasilan bagaimana pembinaan karakter remaja akan terlihat dimasa depan mereka menjadi pribadi-pribadi yang baik dan bisa diterima lingkungannya.
Mari kita terus belajar untuk memahami kondisi psikologis dan emosi anak remaja.
Pernikahan begitu penting namun persiapan ilmu parenting bagaimana mendidik anak jauh lebih penting.
Jadilah orang tua yang bertanggung jawab karena anak itu amanah menyia-nyiakan amanah adalah dosa.
Masa depan suatu bangsa ditentukan bagaimana kondisi remajanya saat ini, Indonesia jaya dan sejahtera jika remajanya cerdas dan bahagia.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H