Pengendalian emosi orang tua harus lebih baik dari anak karena amarah hanya akan memunculkan penyesalan sesudahnya.
Luka akibat kata-kata sulit disembuhkan dan akan menjadi dendam puncaknya figur orang tua mendapat image negatif sehingga anak mencari sosok tepat diluar rumah untuk berbagi keluh kesahnya.
Dampaknya jika anak tidak temukan figur yang tepat maka perilaku menyimpang akan menjadi kebiasaan anak yang akan menyusahkan orang tuanya.
3. Satukan frekuensi
Anak remaja akan terbuka jika kita memulai untuk membuka diri misalnya dalam pacaran kita harus fahami anak remaja menjadikan pacaran sebagai masa yang mereka hadapi.
Jika kita menentang hal tersebut maka kita akan menjadi musuh bagi mereka, ungkapan kalimat seperti tidak pernah muda saja akan terlontar dari anak remaja kepada kita.
Maka jika urusan pacaran ingin kita ketahui dari anak terbukalah ceritakan bagaimana kisah kita pacaran dengan pendamping hidup kita dan segala keunikan yang terjadi hal tersebut sangat menarik bagi anak remaja.
Setelah kita bercerita maka frekuensi kita dan mereka sedang coba disatukan dalam gelombang yang sama pada akhirnya kita akan mendapatkan semua cerita bagaimana kehidupan mereka dalam mencintai Lawan jenisnya dan kita bisa memberikan filter agar anak tidak kebablasan dalam berpacaran.
4. Jangan rampas kebebasan anak
Anak remaja paling benci kebebasannya di rampas terlebih kesenangan diganggu. Contoh kecil jangan pernah menyuruh anak melakukan pekerjaan lain di saat dia lagi bermain olahraga misalnya. Biarkan dia menyelesaikannya baru kita suruh untuk melakukan apa yang kita perintahkan.
Anak usia remaja memang dunianya ingin bermain dan bermain sehingga saat kita merampas usia bermainnya siap-siap di masa depan mereka akan sibuk bermain dan tidak bisa belajar dan bekerja dengan baik.