Belakangan istilah Flexing menjadi begitu melekat di media sosial dimana akibat begitu banyaknya orang--orang yang memamerkan kekayaan, jabatan dan hal lainnya.
Kebiasaan anak pejabat melakukan flexing di media sosial belakangan semakin marak menjadi pembahasan bagi sebagian orang terkadang kata Flexing menjadi istilah yang sedikit asing bagi kita.
Apa sebenarnya istilah Flexing ?, flexing adalah kegiatan seseorang yang pamer tentang harta, pencapaian, dan berbagai hal lainnya kepada orang lain.
Pamer kekayaan atau pencapaian di media sosial menjadi tontonan yang sering kita lihat saat ini kalau dulu pamer hanya sebatas di lingkungan sekitar saja, saat ini sudah pamer melalui media sosial yang bisa dilihat orang seluruh Indonesia bahkan dunia.
Di konten-konten media sosial kita sering melihat ada beberapa artis yang sering memamerkan koleksi mobil-mobilnya, ada juga anak-anak usia belia menceritakan harga outfit yang dipakainya dengan harga ratusan juta bahkan milyaran rupiah.
Anak-anak pejabat yang bertingkah semena-mena seolah-olah memberi tahu dia punya segalanya dan bisa mengatur isi dunia.
Hampir di berbagai media sosial bahkan di acara talk show televisi juga menghadirkan bagaimana pencapaian seseorang.
Memang dalam sebuah tayangan mungkin ingin memberikan inspirasi bagi orang yang melihatnya.
Namun sering juga konten kreator program televisi kebablasan memberikan sebuah tayangan yang pada akhirnya memunculkan sebuah perilaku negatif bagi sebagian pemirsanya.
Adapun dampak negatif dari tontonan bertemakan flexing memunculkan:
1. Saling Pamer Kekayaan dan Pencapaian
Setiap konten yang menampilkan adanya flexing maka dipastikan dari sekian banyak yang menyaksikan akan ada yang salah dalam mengambil inspirasi.
Hanya akan memunculkan saling pamer kekayaan dan pamer pencapaian yang tidak ada habisnya.
Dikalangan artis sering kita lihat begitu banyak yang terkenal dengan mengkoleksi berbagai mobil dan parahnya ini dijadikan sebuah kebanggan bagi kalangan artis.
Ada juga yang isteri pejabat pamer tas mewah saat mengadakan pertemuan sehingga di saat yang lain, isteri pejabat yang lain tidak mau kalah dan ikutan pamer kekayaan juga.
2. Memunculkan kebiasaan memaksakan kehendak
Akibat menyaksikan sebuah tontonan yang menampilkan kemewahan hal ini mengundang orang yang melihat memaksakan kehendak untuk memiliki kemewahan yang sama dengan yang dia lihat.
Akhirnya banyak pejabat anaknya memakai mobil dinas ayahnya, banyak artis kerja hingga lupa istirahat akhirnya mendatangkan penyakit dan banyak lagi dampak negatif dari memaksakan kehendak akibat menonton konten yang pamer harta.
3. Gaya Hidup Hedonisme
Tontonan yang menampilkan pamer harta akan memunculkan gaya hidup hedonisme sehingga budaya bangsa kita yang hidup sederhana akan bilang akibat kebiasaan menonton konten yang ada unsur flexing didalamnya.
Pola hidup orang barat yang jauh dari nilai-nilai adat dan budaya bangsa kita akan terus terjadi jika tontonan menampilkan flexing didalamnya tidak distop atau minimal diberi peringatan.
***
Tontonan berpengaruh besar terhadap perilaku seseorang jika yang dilihat selalu seputar flexing seseorang maka lama-kelamaan penonton juga akan melakukan hal yang sama.
Sebaiknya kesadaran terhadap hal ini dimiliki para pengusaha dunia hiburan para konten kreator serta para penikmat berbagai acara tontonan.
Mari kita lebih selektif dalam melihat berbagai tontonan yang ada serta membatasi anak-anak kita melihat tontonan yang tidak bernilai positif selalu mengingatkan menjadi salah satu langkah pencegahan anak ketularan berperilaku flexing.
Sebaiknya orang tua yang memiliki jabatan dan memiliki kekayaan memberikan edukasi kepada anak-anaknya agar menjauhi kebiasaan flexing.
Hendaknya para konten kreator dan produser film lebih sering mengangkat kisah pejabat-pejabat tinggi negara masa lalu yang punya jabatan tinggi tapi selalu hidup sederhana agar memberikan inspirasi positif bagi penontonnya.
Kisah kesederhanaan wakil presiden pertama bung Hatta, ketegasan dan kesederhanaan mantan Kapolri Hoegeng serta bagaimana bapak Presiden Jokowi dan anak-anaknya berperilaku sederhana dapat dijadikan inspirasi memberikan tontonan yang mengedukasi.
Banyak pejabat kita masa lalu hingga saat ini yang berhasil membina keluarganya untuk tetap sederhana agar tidak mengganggu pekerjaan orang tuanya.
Menanamkan nilai agama, serta kebiasaan sederhana dan menghargai orang lain kepada anak bisa menjadi langkah untuk mencegah budaya flexing yang sedang merambah dunia Maya.
Semoga kita dijauhkan dari budaya pamer harta kekayaan karena kesombongan akan mendatangkan malapetaka bagi yang melakukannya.
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H