Manifesto Politik dibikin. Isinya antara lain menetapkan 'Papua Barat' sebagai nama negara, Bintang Kejora sebagai bendera nasional Papua, dan 'Hai Tanahku Papua' sebagai lagu kebangsaan.
Pada 1 Desember 1961, Bendera Bintang Kejora dikibarkan sejajar dengan Bendera Belanda di Hollandia (nama lawas Jayapura), lagu kebangsaan Papua dinyanyikan. Maka berhasillah Belanda membentuk nasionalisme Papua.
Belanda menjanjikan kemerdekaan untuk Papua selambat-lambatnya pada 1970. Janji ini terus dipegang OPM. Mereka terus memperingati 1 Desember, padahal si pemberi janji sudah kadung pergi duluan sebelum 1970, usai Perjanjian New York tahun 1962 yang mengamanatkan Papua diserahkan ke Indonesia via UNTEA (Lembaga PBB).
Ada pula Penentuan Pendapat Rakyat (PEPERA) tahun 1969 berupa referendum yang menghasilkan suara bulat persetujuan rakyat Papua bergabung dengan Indonesia.
Peristiwa sekitar 1 Desember 1961 inilah yang seringkali menjadi dasar klaim pemimpin Papua sekarang bahwa negara Papua pernah ada tetapi telah dirampas oleh konspirasi internasional Indonesia, Amerika dan Belanda.
Memang, pada tahun 1961, selang tak sampai sebulan usai pengibaran Bintang Kejora di Hollandia (sekarang Jayapura), Presiden Sukarno memekikkan semangat Tri Komando Rakyat (Trikora) untuk membebaskan Papua dari Belanda. Sukarno menyebut pembentukan negara Papua sama saja dengan pembentukan negara boneka Belanda yang harus digagalkan. Dan upaya Sukarno membebaskan Papua dari belenggu penjajahan justru dipandang sebagai penjajahan itu sendiri oleh kalangan OPM.
Jadi, secara politik benih dari mimpi Papua Merdeka adalah janji palsu pihak Belanda kepada orang Papua.
Tetapi isu tentang Papua merdeka juga perlu dilihat dari sisi agama atau keyakinan.
Menarik disimak hubungan antara kehadiran Ottow dan Geissler, yang memberitakan Injil dan tiba di Papua pada 1855, disusul oleh I.S. Kijne (1923-1941) dan kemudian oleh pengajar Firman dari Yahudi Mesianik.
Carl Wilhelm Ottow dan Johann Gottlob Geissler telah membawa Injil, yang menciptakan peradaban baru bagi bangsa Papua.
Pesan Injil yang dibawa Ottow dan Geissler adalah agar secara spiritual manusia yang mewarisi dosa Adam kembali kepada persekutuan dengan Allah dan hidup di dalam hidup baru secara rohani di dalam Kristus. Dan untuk hidupnya di dunia mereka perlu mempercayakan diri kepada pemeliharaan Allah terhadap mereka.