Mohon tunggu...
budi prakoso
budi prakoso Mohon Tunggu... Wiraswasta - mari jaga kesehatan

seorang yang gemar berolahraga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Belajar Kearifan Lokal dari Permainan Tradisional

4 September 2021   10:06 Diperbarui: 4 September 2021   10:15 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perdamaian Indonesia - jalandamai.org

Bagi generasi sekarang ini, mungkin tidak tahu dengan banyaknya jenis permainan yang ada dari dulu. Untuk mengisi waktu luang, generasi dulu tidak ada yang bermain gadget karena memang belum ada. Untuk mengisi keceriaan anak-anak ketika itu, yang dilakukan adalah melakukan permainan tradisional. 

Tanpa disadari, melalui permainan tradisional kitab isa belajar banyak hal. Dan hal-hal yang dipelajari tersebut, salah satunya bisa membuat kita belajar untuk saling mengerti dan memahami antar sesama. Inilah bibit toleransi yang tanpa disadari telah ditanamkan para orang tua kita sejak dulu.

Salah satu permainan yang banyak mengandung nilai-nilai positif adalah permainan tradionsl bentengen. Dalam permainan ini dimainkan oleh banyak anak dan terbagi dalam grup. Masing-masing grup mempunyai markas atau benteng sendiri. Tempat yang dijadikan benteng bukanlah rumah atau ruangan, melainkan pohon, tiang, batu atau tempat yang ada disekitar kita. 

Bagaimana pola permainannya? Antar grup berusaha menguasai benteng lawan. Jika lawan bisa menyentuh benteng dan menawan lawan, maka permainan dinyatakan menang atau selesai. 

Untuk bisa menyentuh benteng, tentu dibutuhkan Kerjasama. Untuk bisa melakukan Kerjasama, tentu harus satu visi, agar tujuannya bisa tercapai. Tidak boleh ada yang merasa kuat atau lemah. 

Tidak boleh ada yang merasa pandai atau bodoh. Semuanya mempunyai hak dan kewajiban yang sama. Pada titik inilah diperlukan upaya untuk saling memahami orang-orang di dalam grup, atau antar grup.

Permainan tradisional ini mengajarkan sportivitas, kekompakan dan kejujuran. Bahkan jika kalah juga harus menghargai kemenangan. Jika lawan saja dihargai, semestinya orang lain pun juga bisa dihargai. Nilai-nilai ini pada dasarnya bisa dijadikan cara untuk bisa menangkap paham-paham yang menyesatkan seperti radikalisme. 

Sebagai orang Indonesia, tentu kita tidak bisa dilepaskan dengan nilai adat istiadat dan agama. Seperti layaknya permainan benteng yang tidak mudah dibujuk rayu untuk mempertahankan benteng, dalam kehidupan nyata kita juga tidak boleh terkena bujuk rayu radikalisme.

Benteng yang bisa kita jadikan cara adalah memahami agama dan nilai kearifan lokal secara obyektif dan benar. Dengan demikian kita tidak akan lupa dengan asal muasal kita. Dengan belajar dari hal-hal kecil seperti permainan tradisional, kita bisa memahami hal-hal yang lebih besar. 

Karena itulah, permainan tradisional harus terus dipertahankan, disebarluaskan, dan diajarkan ke generasi penerus. Harapannya, anak mulai bisa mengurangi ketergantungannya pada gadget, dan bisa belajar saling interaksi, saing toleransi, dan saling menghargai sejak dini.

Seperti kita tahu, provokasi, ujaran kebencian dan hoaks terus menguat dengan mengusung paham-paham radikalisme di dalamnya. Untuk bisa memberikan benteng yang kuat dari pengaruh radikalisme, tentu harus dilakukan dengan berbagai cara. Termasuk memahami nilai-nilai kearifan lokal dari permainan tradisional. 

Tidak hanya permainan benteng, masih banyak permainan tradisional yang lain seperti petak umpet, grobak sodor, ular naga, cublek-cublek suweng, dan masih banyak lagi yang lainnya. Mari kita lestarikan permainan tradisional yang menjadi bagian dari nilai kearifan lokal, agar tidak pupus dalam perkembangan zaman. Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun